Asy Syaikh Bakhit Al Muti’iy, mufti negeri Mesir dalam kitabnya mengatakan bahwa yang pertama kali mengadakan enam perayaan m
Maulid yaitu: perayaan Maulid (hari kelahiran) Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maulid ‘Ali, maulid Fatimah, maulid Al Hasan, maulid Al Husain –radhiyallahu ‘anhum- dan maulid khalifah yang berkuasa saat itu yaitu Al Mu’izh Lidinillah (keturunan ‘Ubaidillah dari dinasti Fatimiyyun) pada tahun 362 H.
Begitu pula Asy Syaikh ‘Ali Mahfuzh dalam kitabnya Al Ibda’ fi Madhoril Ibtida’ (hal. 251) dan Al Ustaz ‘Ali Fikriy dalam Al Muhadhorot Al Fikriyah (hal. 84) juga mengatakan bahwa yang mengadakan perayaan Maulid pertama kali adalah ‘Ubaidiyyun (Fatimiyyun).
Perkembangan peringatan Maulid Nabi, pada akhir-akhir ini terpecah menjadi bagian kurang menyejukkan karena sudah dibumbui kalimat bid’ah. Karena ada rekayasa dalam dakwah mengubah tatanan agama dalam berbagai ibadah, menjadi konsumsi perpecahan umat semata. Padahal Nabi Muhammad sendiri menyatakan memproklamirkan diri sejak masih (diciptakan Allah Subhanahu wa Ta’ala) menjadi Nur.
Sebagaimana hadits dalam salah satu bagian sholawat Diba : (Hadits pertama): Diriwayatkan dari seorang yang sangat luas dan dalam ilmu pengetahuannya, yang selalu bertutur kata dengan al-Qur’an, salah seorang yang paling terkenal, yaitu Sayyidina ‘Abdullah bin Sayyidina al-‘Abbas RA. yang bersumber dari Rasulullah SAW., bahwasanya Nabi SAW bersabda: “Sejak dua ribu tahun sebelum Nabi Ādam AS, diciptakan, sesungguhnya seorang Quraisy (Nabi Muḥammad SAW) masih berupa Nur di sisi Allah ‘azza wa jalla.
Nur itu selalu bertasbih kepada Allah, sehingga para malaikat bertasbih mengikuti tasbihnya Nur itu. Ketika Allah telah menciptakan Nabi Adam AS. Allah menitipkan Nur itu di dalam tanah liat asal kejadian Nabi Adam AS, dan Allah mengikutsertakan diriku di dalam perahu Nabi Nuḥ AS, yang tersimpan di dalam tulang sulbinya, kemudian aku dipindahkan ke dalam tulang sulbi Nabi Ibrahim AS. (kekasih Allah) ketika dilemparkan ke dalam api.
Dan Allah senantiasa memindahkanku dari tulang-tulang sulbi yang suci ke rahim-rahim yang bersih dan terhormat. Sehingga Allah mengeluarkan diriku dari kedua orang tuaku, yang keduanya belum pernah berzina sekalipun.
Bahwa Hadits di atas menunjukan bahwa Nabi Muhammad saja dalam menguatkan iman, Islam, dan Ikhsan ummatnya, menyampaikan berita atau kabar tentang perwujudannya ketika masih menjadi Nur, untuk memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT semata. Karena dengan mengingatkan tentang itu akan menjadikan ketebalan keyakinan tentang keghaiban dalam keimanan.
Apalagi, ketika umat Islam sudah tidak berjumpa kembali dengan Nabi Muhammad selama 1445 tahun, maka mengenang sejarah kelahiran dan sejarah perjuangan serta asal muasal, menjadi kekuatan dalam berbagai peradaban untuk menguatkan tugas Nabi Muhamad, “menyempurnakan. Akhlaq mulia” dalam bahasa anak bangsa Indonesia “Budi Pekerti Luhur”. Oleh karena itu, Marhaban Bulan Maulid.
Apalagi, sebagai penambah kekuatan keimanan dan ketakwaan bahwa dalam sholawat diba’ didahului pengantar dengan kandungan isi sangat luar biasa yang artinya sebagai berikut;
Maha Suci Allah yang telah mengistimewakan kedudukan dan martabat Nabi s.a.w. yang paling mulia. Semoga puji bagi Allah, Yang telah melimpahkan segala karunia-Nya. Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, Yang tiada sekutu bagi-Nya, Tuhan yang menguasai timur dan barat. Dan saya bersaksi bahwa Nabi Muḥammad s.a.w. adalah hamba sekaligus Rasūl-Nya yang diutus kepada seluruh umat manusia, baik bangsa ‘Arab ataupun selain ‘Arab. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan salam sejahtera kepada Nabi, keluarga dan para sahabatnya yang mulia, dengan sebuah rahmat dan salam sejahtera yang tiada putusnya. Setiap orang yang mengucapkan rahmat dan salam (shalawat) tidaklah akan kecewa di hari kiamat kelak.
Juga ada penguatan pengantar lain, bahwa Al Quran sudah mencatat bahwa membaca sholawat atas nabi itu sudah dilakukan Allah SWT dan para malaikat, sehingga kalau sekedar memperingati dan melakukan berbagai kegiatan untuk memperkuat pengabdian atau ibadah. Sungguh itulah perbuatan sangat mulai untuk selalu mengingatkan bahwa akhlaq mulia adalah segalanya. Bahwa budi pekerti luhur dan suci itu adalah harga mati. Silaturrahmi dan persaudaraan karena menjaga sholawat nabi adalah suara hati nurani (qolbu suci dalam diri). Marhaban Bulan Maulid.
Inilah pengantar itu;
Pertama-tama kami sampaikan 2 hadits yang bersumber dari Nabi s.a.w. yang agung dan mulia, bernasab mulia, dan mempunyai perjalanan hidup yang lurus. Allah Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui telah berfirman menerangkan tentang hak Nabi SAW.: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi, (oleh karena itu) wahai orang-orang yang beriman bersalawatlah kamu untuk Nabi, dan ucapkanlah salam hormat kepadanya”.
Marhaban Bulan Maulid. Sebagai bulan mengingatkan kembali bahwa manusia diciptakan hanya untuk mengabdi. Dan tugas mulia Nabi Muhammad untuk meningkatkan dan terus meningkatkan Budi Pekerti. (*)