Opini  

Ironi Konten Roy ‘Mafia Gedang’ Lecehkan Wartawan

Ironi Konten Roy ‘Mafia Gedang’ Lecehkan Wartawan
Tarmuji

Apakah content creator mengikuti etik-etik tersebut? Melihat kenyataan di dunia nyata, jawabannya pasti: tidak ada kode etik ataupun regulasi yang mengaturnya.

Maka menjadi hal yang lumrah, jika kini muncul content creator yang asal rekam, dan asal tayang, tanpa sedikit pun memperhatikan tanggung jawabnya secara moral pada “pangsa pasar” yang sebagian besar merupakan netizen generasi milenial. Alih-alih menolak, mayoritas netizen justru menikmati tayangan tidak berkualitas tersebut. Lebih ironis lagi karena sebagian besar malah sudah mengetahui bahwa konten-konten yang disajikan tidak bermanfaat sedikitpun.

Didasari dengan semua yang serba asal tersebut, istilah “demi konten” pun lahir.

Bahkan Bill Gates sudah lebih dulu berpendapat bahwa, “Content is King.” Menurut pendapatnya yang ditulis pada website Microsoft (1996), “Content is where I expect much of the real money will be made on the Internet, just as it was in broadcasting.” (Konten adalah tempat yang kami harapkan banyak menghasilkan uang dari internet, seperti halnya di penyiaran.)

Mungkin ungkapan ini yang kemudian dijadikan rumus oleh para content creator agar terus produktif mengunggah konten tanpa melakukan pengkajian atau review sebelum mengudara di dunia maya.

Sayangnya belum ada regulasi dari pemerintah yang bisa mengatur konten-konten youtube tidak mendidik. Meskipun sudah ada batasan yang dibuat. Namun sepertinya satu-satunya jalan paling efektif adalah para netizen sendiri yang harus bisa memilah tayangan berfaedah.

Masyarakat harus segera mungkin menanam etika dan literasi ke dalam pemahaman sendiri. Apakah ingin menjadi content creator yang bermanfaat dan merangsang para netizen agar berdaya guna, bekerja keras, dan sejahtera bagi dirinya sendiri? Apakah ingin menjadi netizen dengan pribadi berkualitas yang hanya menonton konten-konten syarat makna, berwawasan luas, dan mendalam temanya? Ataukah ingin sebaliknya? Pilihan ada di tangan kita masing-masing.

Belajar dari ilmu teko/kendi, bila berisi air bening maka yang keluar air bening, bila berisi susu maka yang keluar susu. Jadi, hindari dan lawan konten ‘sampah’, sebab kita bukan teko/kendi yang berisi ‘sampah’. (*)