Iktikaf Seribu Bulan

Iktikaf Seribu Bulan
H. Djoko Tetuko Abdul Latief

Sedangkan iktikaf adalah ibadah yang dicirikan dengan berdiam diri di dalam masjid. Berdiam diri merujuk pada tidak keluar masjid karena sibuk melaksanakan berbagai ibadah wajib dan sunah atau sedang berdzikir menyebut nama Allah Suhhanahubwa Ta’ala. Atau juga berdiam diri dengan komunikasi qolbu dengan Sang Pencipta.

Kebiasaan iktikaf pada akhir Ramadan, memang hampir seluruh umat Islam di penjuru dunia karena berharap dapat bertemu “Malam Lailatul Qadar”. Sebuah pemberian pahala begitu luar biasa bagi umat Kanjeng Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wassalam.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Abu Qilabah, dari Abu Hurairah r.a. yang menceritakan bahwa ketika Ramadan tiba, Rasulullah SAW bersabda: Telah datang kepadamu bulan Ramadan, bulan yang diberkati, Allah telah memfardukan bagimu melakukan puasa padanya. Di dalamnya dibukakan semua pintu surga dan ditutup rapat-rapat semua pintu neraka, dan setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barang siapa yang terhalang dari kebaikannya, berarti dia telah terhalang (dari semua kebaikan). Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadis Ayyub dengan sanad yang sama.

Menurut riwayat Imam Muslim melalui Aisyah, disebutkan bahwa Rasulullah SAW mencurahkan semua kesibukannya untuk ibadah di malam (sepuluh terakhir Ramadan) tidak sebagaimana kesungguhannya di malam-malam lainnya. Dan hal ini semakna dengan apa yang dikatakan oleh Aisyah, “Mengencangkan ikat pinggangnya.”

Yang dimaksud dengan mengencangkan ikat pinggang ialah memisahkan diri dari istri-istrinya. Akan tetapi, dapat juga ditakwilkan dengan pengertian mengikat pinggang sesungguhnya.
Karena itu, di 10 hari terakhir Bulan Ramadhan, mukminin dan mukminat dianjurkan untuk meningkatkan amal ibadah dengan qiyamul lail seperti yang telah dicontohkan Baginda Nabi Muhammad SAW.

Aisyah ra bercerita bahwa: “Nabi saw (selalu) beri’tikaf di sepuluh terakhir bulan Ramadhan sampai Allah SWT mewafatkan beliau” (HR Bukhori-Muslim).

Senagamana firman Allah pada surat Al Qdar ;
(1). Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam Qadr.

(2). Dan tahukan kamu apa malam Qadr itu?

(3). ((yaitu)) malam Qadr itu lebih baik dari malam seribu bulan.

(4). Pada malam itu, turun para malaikat dan ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.

(5). Sejahteralah malam itu hingga terbit fajar.

Tinggal delapan atau tujuh malam lagi, iktikaf seribu bulan. Karena Ramadan segera berpamitan kembali ke peredaran penantian perputaran bulan. Tentu saja dengan menyerahkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala mari berlomba-lomba iktikaf dan beribadah fokus juga konsentrasi menunggu dan memohon mendapat rahmat, ridlo, taufik, dan hidayah dari Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Segalanya. (@)