Iktikaf Seribu Bulan

Iktikaf Seribu Bulan
H. Djoko Tetuko Abdul Latief

Oleh : Djoko Tetuko

Memasuki sepuluh hari terakhir Ramadan, memang mulai terasa bahwa sebentar lagi akan kehilangan ibadah spektakuler. Dimana ibadah itu tidak bakal ditemukan di bulan bulan lain secara nyata.

Bahkan sepuluh hari terakhir ini, sudah pasti umat Islam seluruh dunia berlomba lomba iktikaf di masjid, baik pagi, siang maupun malam untuk menjemput “Malam Lailatul Qadar” (malam ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mentakdirkan berjumpa dalam suasana sedang ibadah apa saja, diberi nilai ganjaran sama dengan atau lebih baik dari seribu bulan)

Kapan “Iktikaf bernilai Seribu Bulan” itu? Para auliya, ulama dan karomah, seperti “pak Tani” biasanya memberi kabar dari langit. Walaupun Rasulullah Muhammad SAW sendiri sudah memberikan tanda-tanda bahwa malam itu jagad raya seperti diam tidak ada gerakan bersamaan dengan para malaikat turun ke bumi. Bahkan sampai pagi dan siang hari suasana begitu menyejukkan.

Hingga malam ke-22 suasana iktikaf atau dzikir menunggu “Malam Seribu Bulan” kelihatan masih belum menyapa? Malam penantian itu masih memberi kabar bahwa sebentar lagi akan datang malam yang ditunggu-tunggu itu.

Apakah nanti malam bertepatan dengan , malam ganjil ke-23, atau malam ke-25, malam ke-27 dan malam ke-29. Tentu menunggu kabar dari langit dan tanda tanda alam membisikkan kegaiban “Malam Seribu Bulan”. Mari dengan semangat ibadah karena semata-mata memohon rahmat, keridloan dan perunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta’ala terus memburu dengan ilmu dan memberikan waktu untuk menunggu dan menunggu dengan sholat dan sabar serta tawakal.

Ibadah spektakuler kedua ialah sholat Taraweh. Dimana tidak mungkin dikerjakan pada bulan lain, walaupun diawali dengan puasa. Bahkan pada akhir Ramadan hampir terlaksana seluruh jagad raya sholat witir dengan membaca doa qunut.

Doa qonut yang pada sholat subuh masih khilafiyah di antara umat Islam. Tetapi pada pertengahan hingga akhir Ramadan semua terpanggil memanggil asma Allah dalam doa qunut.

Satu lagi, ibadah sangat spektakuler ialah pelaksanaan zakat fitrah. Dimana hanya khusus dilaksanakan setelah umat Islam menjalankan ibadah puasa wajib selama satu bulan penuh.

Diketahui zakat merupakan rukun islam yang keempat. Zakat selalu berkaitan dengan harta. Makna istilah zakat sendiri menurut bahasa artinya menyucikan. Zakat dibagi menjadi dua jenis yaitu, zakat fitrah dan zakat mal.

Hadits tentang zakat fitrah sebagaimana diriwayatkan
Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata, Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah untuk membersihkan orang yang berpuasa dari perkataan sia-sia dan perkataan kotor, dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin. Barang siapa yang menunaikannya sebelum shalat (Idul Fitri), berarti ini merupakan zakat yang diterima, dan barang siapa yang menunaikannya setelah shalat (idul fitri) berati hal itu merupakan sedekah biasa”. (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Daru Quthni)

Zakat fitrah merupakan zakat yang diwajibkan pada setiap umat islam baik laki-laki dan perempuan yang dilakukan pada saat bulan Ramadan, sebelum melaksanakan sholat Idul Fitri.
Zakat jenis ini merupakan zakat kesucian, Dimana menunaikan zakat ini berarti kembali menyucikan diri dan membersihkan ibadah puasa (dalam hal zakat ini ialah makanan pokok, sehingga diwajibkan membayar makanan pokok), termasuk bagi bayi yang baru lahir dan berjumpa dengan malam 1 Syawal.

Sehingga tidak ada alasan satu pun bagi seorang muslim untuk meninggalkan kewajiban berzakat. Zakat jenis ini juga dimaknai sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama yang kurang mampu, agar dapat sama-sama merasakan kebahagian di hari raya Idul Fitri.