Opini  

Hokky Caraka dan Tiga Presiden

Hokky Caraka dan Tiga Presiden

Karena memang kita terlalu sibuk dengan wilayah materi. Sehingga kita lupa bahwa kita hidup di negara yang berketuhanan. Seperti tertuang dalam Pasal 29 ayat (1) Konstitusi kita. “Negara Berdasar Atas Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sehingga seharusnya dalam mencerdaskan kehidupan bangsanya, Indonesia tidak hanya mencerdaskan otak. Tetapi juga mencerdaskan ruhani dan spritualitasnya.

***

Berikutnya pelajaran dari pernyataan Presiden Jokowi agar olahraga dan politik tidak dicampur aduk. Memang seharusnya politik dengan tujuan yang sangat pendek. Apalagi untuk pencitraan dan elektabilitas kontestasi pemilu harus kita hindarkan untuk menggunakan panggung olahraga.

Dan pelajaran penting yang harus kita ambil adalah, jangan ada lagi pembahasan nasib sepakbola di Istana Negara. Seperti yang sudah-sudah. Klub-klub berkumpul di Istana. Seolah menanti restu dan petunjuk Istana. Termasuk siapa calon yang dikehendaki memimpin PSSI dan lain sebagainya. Ini adalah tradisi di luar Sportiva. Mari kita akhiri.

Tetapi keputusan politik negara dalam koridor kebangsaan dan kedaulatan yang telah menjadi konsensus nasional harus diletakkan di atas segalanya. Oleh karena itu, effort kita seharusnya mendorong FIFA agar memberi ruang co-host kepada negara tetangga, untuk menggelar laga grup yang dihuni Israel. Atau secara ekstrim; mencoret Israel, seperti dilakukan FIFA terhadap Rusia di Piala Dunia Qatar.

Saya sejak bulan September 2022 sudah melontarkan gagasan untuk menjajaki kemungkinan Singapura sebagai co-host untuk memainkan laga grup yang di huni Israel. Tetapi PSSI dan Kemenpora tidak merespon.

Pelajaran untuk Presiden FIFA juga penting. Jangan ada standar ganda. Perbedaan perlakuan terhadap Rusia dan Israel diketahui dunia.

Jadi pesan saya untuk saudara Gianni Infantino, slogan football for hope, seharusnya juga memberi harapan bagi anak-anak Palestina yang tanahnya diduduki oleh Israel. Dan, anda juga seharusnya tahu, bahwa posisi Indonesia sebagai negara, menentang pendudukan yang terjadi sejak tahun 1948 itu.

Jika saudara tidak bisa berlaku adil, maka film dokumenter investigasi yang dirilis Netflix akhir tahun lalu, yang berjudul FIFA Undercovered akan mendapat pembenaran dunia.

Serial yang dibesut Daniel Gordon ini mengungkap berbagai masalah dalam tubuh FIFA. Mulai dari suap hak siar, skandal korupsi anggota komite eksekutif FIFA, korupsi petinggi federasi sepak bola antar benua, hingga strategi politik yang dijalankan oleh para petinggi FIFA untuk merebutkan kekuasaan di FIFA.

Dan terakhir untuk Presiden PSSI, Adinda Erick Thohir. Sudah, relakan yang terjadi. Bersihkan saja karangan bunga di kantor PSSI itu. Segera berbenah untuk menata lagi. (*)

Penulis adalah Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, pernah menjadi Ketua Badan Tim Nasional PSSI dan pernah menjadi Ketua Umum PSSI