Opini  

Hokky Caraka dan Tiga Presiden

Hokky Caraka dan Tiga Presiden

Oleh: AA LaNyalla Mahmud Mattalitti

Setiap peristiwa pasti ada hikmahnya. Dan pasti bisa kita ambil pelajaran. Termasuk peristiwa batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia Under 20 Tahun. Jadi sudah tepat apa yang dikatakan Presiden Jokowi; Sudahi saling menyalahkan. Ambil pelajaran.

Ada empat aktor utama yang bisa kita jadikan topik bahasan untuk mengambil pelajaran. Pertama, striker Timnas U20 Hokky Caraka. Kedua, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Ketiga, Presiden FIFA Gianni Infantino. Dan keempat, Presiden PSSI Erick Thohir.

Kita ambil pelajaran dari Hokky Caraka terlebih dahulu. Hokky Caraka disebut oleh media sebagai pemain Timnas Indonesia yang bereaksi paling vokal. Usai Piala Dunia U20 batal digelar di Indonesia.

Di sejumlah media sosial beredar kutipan kalimat Hokky Caraka yang mengungkapkan perasaan kesalnya. Ada dua yang saya anggap penting. Dan kedua statemen tersebut menuai pro kontra dari netizen.

Yang pertama, beredar kalimat dari Hokky; “Berjuang untuk kemerdekaan negara orang lain [Palestina]. Tapi kalian semua merusak impian anak-anak bangsa sendiri. Mimpi Indah kawan-kawan. Sampai berjumpa lagi”.

Banyak yang membully Hokky di belantara medsos karena kalimat ini. Ada yang mengatakan tidak pernah ikut pelajaran PMP. Ada yang mengatakan tidak punya nasionalisme. Dan banyak lagi.

Saya pribadi sama sekali tidak menyalahkan apa yang disampaikan Hokky. Karena itu sama sekali bukan salah Hokky. Tetapi salah kita semua. Sebagai generasi tua. Generasi yang melahirkan angkatan gagap. Generasi yang membiarkan penerus kita hidup tanpa falsafah kebangsaan yang kuat.

Kita yang salah. Bukan Hokky. Karena sejak tahun 1928, pada tanggal 31 Agustus, Ki Hajar Dewantoro sudah mengingatkan kita semua. Beliau mengatakan; “Jika Anak didik tidak kita ajarkan nasionalisme dan kebangsaan, boleh jadi mereka akan menjadi lawan kita di masa yang akan datang”.

Dan pada tanggal 13 November 1998, Majelis Permusyawaratan Rakyat melalui Ketetapan MPR Nomor XVIII/MPR/1998, mencabut Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau P4 sebagai materi Pendidikan Ideologi yang diterapkan melalui Penataran P4. Dengan pertimbangan karena materi muatan dan pelaksanaannya sudah tidak sesuai dengan perkembangan kehidupan bernegara.

Inilah tindakan frontal bangsa ini untuk memisahkan anak bangsa dari Ideologinya. Awal bangsa ini mulai meninggalkan Pancasila sebagai grondslag dan staats fundamental norm.

Sehingga wajar jika Hokky Caraka belum memahami secara utuh makna dari naskah Pembukaan dan implikasi pilihan politik bangsa ini yang diputuskan sejak pemerintahan Presiden Soekarno hingga hari ini.

Yang kedua, beredar screen shoot pernyataan Hokky yang mengatakan; “Makasih banyak pak, o iya kami tau pak, nasib bapak sudah terjamin, masa depan bapak juga sudah bagus. Sedangkan kami pak? Kami baru merintis karir menjadi lebih baik, tapi batu loncatan kita udah dihancurin sm bapak”.

Lagi-lagi saya tidak menyalahkan Hokky. Kalimat yang mengandung kedangkalan pemahaman akan masa depan kehidupan manusia adalah kesalahan kami generasi tua. Yang tidak mengajarkan secara utuh hakikat kehidupan di dunia kepada generasi penerus. Dimana manusia tidak mengetahui apa yang akan terjadi esok, dan rahasia di balik peristiwa.