Produser Film ‘Karena Cinta Bukan Bayangan’ Pilih Surabaya sebagai Lokasi Syuting

Produser Film ‘Karena Cinta Bukan Bayangan’ Pilih Surabaya sebagai Lokasi Syuting

Sementara, Wali Kota Eri Cahyadi menyambut baik dan mengaku senang Surabaya dipilih sebagai lokasi pembuatan film tersebut. Menurutnya, itu sama dengan yang dia pikirkan selama ini, yaitu bagaimana mengenalkan Kota Pahlawan bukan hanya dari sisi pekerjaan.

“Ini sama dengan pemikiran saya, bagaimana mengenalkan Surabaya ke Nasional dan Internasional bukan hanya dari pekerjaan, tapi dari seni hiburan. Karena Surabaya hari ini yang kita kenal kan luar biasa. Ada Tunjungan Romansa, Susur Sungai (Kalimas) nanti Insyaallah juga kita bentuk Kya-kya,” katanya.

Apalagi, kata dia, film yang akan digarap oleh Avesina Soebli di Surabaya itu berkategori anak muda dengan genre romantis. Tentunya, dia meyakini, orang yang menonton film tersebut bakal teringat terus dengan Kota Pahlawan.

“Inilah harapan saya ketika (orang) ke Surabaya itu, masih ingat apa yang ada di Kota Surabaya. Alhamdulilah, saya berharap film ini segera bisa terealisasi dan diputar di Indonesia, khususnya di Surabaya. Sehingga orang Indonesia maupun Internasional mengenal Surabaya,” harapnya.

Baginya, Surabaya ini adalah kota yang keras kepala. Juga, kota yang pantang menyerah. Namun, kata dia, Surabaya selalu memiliki tujuan yang terus tercapai dengan hati yang lembut. “Jadi Surabaya ini kota yang romantis, meskipun orang-orangnya keras,” katanya.

Saat ditanya apakah akan terlibat dalam pembuatan film tersebut, Wali Kota Eri Cahyadi mengaku bakal melihat dulu bagaimana alur ceritanya. Jika dinilai alur cerita film tersebut cocok, ia pun bersedia terlibat di dalamnya.

“Ya kita lihat nanti kalau jadi orang muda ya tidak pantas, saya kan (umur) 45. Kalau misalnya nanti diajak atau diminta ya kita lihat dulu, pantas atau tidak. Kalau pantas ya dilakoni (dijalani),” imbuhnya.

Eri mengaku ingin mengenalkan Kota Pahlawan melalui berbagai bidang. Salah satunya melalui dunia seni perfilman. Bahkan sebelumnya, ia juga sempat terlibat langsung dalam pembuatan film dokumenter Bung Karno yang dikerjakan di Surabaya.

“Jadi saya juga ikut berperan di situ, dijadikan Bung Karno yang umur 45 tahun. Di situlah saya akan menjadikan film itu sebagai film dokumenter. Film yang mengenalkan Kota Surabaya dan sekaligus nanti anak-anak SD, SMP dan pemuda-pemudi Surabaya akan melihat sejarah Kota Surabaya seperti apa,” jelasnya.

Karena itu pula, Eri juga berencana membentuk lagi Sekolah Kebangsaan dan Museum Nasional yang ada di Siola. Nantinya di lokasi itu akan bercerita terkait dengan kemerdekaan. Mulai dari perjuangan Bung Karno, Bung Tomo hingga susur nilai sejarah dari Jalan Pandean hingga Penghela Surabaya.

“Sehingga dari seni film ini nanti bisa menancap di hati anak-anak kita, baik SD, SMP maupun muda-mudi lain bahwa Surabaya memang adalah Kota Pejuang. Itu harus masuk secara visual dan virtual, tidak hanya membaca saja,” ujarnya. (*)