Berdasarkan asbabun nuzul ini, sebagian ulama berpendapat surat Al Kautsar adalah madaniyah. Karena Anas bin Malik masuk Islam setelah Rasulullah hijrah ke Madinah. Namun ada pula yang berpendapat, surat ini turun di Makkah, lalu diturunkan lagi di Madinah. Ibnu Katsir dalam tafsirnya tidak memastikan apakah Al Kautsar ini makkiyah atau madaniyah.
Asbabun nuzul yang lain, surat ini turun berkenaan dengan Ash bin Wail. Dia menghina Rasulullah sebagai abtar (terputus) karena putra beliau meninggal sehingga nasabnya terputus. Lalu Allah menurunkan surat ini memberitakan bahwa Ash bin Wail yang telah memusuhi Rasulullah itulah yang abtar. Peristiwa itu terjadi di Makkah sehingga menjadi hujjah bahwa surat ini merupakan surat Makkiyah.
Subyektif al faqir, Allah telah memberikan nikmat luar biasa kepada baginda Muhammad dan umatnya yang teguh dalam pendirian iman serta melaksanakan ibadah karena Allah. Sebaliknya, siapa yang mengingkari dan menebar isu, kebohongan, serta kebencian akan menuai azab.
Fakta nyata dialami Ash bin Wail yang suka menghina Rasulullah “biarkan dia, sesungguhnya dia abtar” akhirnya justru menjadi orang abtar karena semua anaknya mati. Ia juga abtar karena terputus dari sejarah, namanya tidak dikenal kecuali dengan kejelekan. Juga abtar karena terputus dari nikmat Allah.
Para pembenci Nabi pasti abtar sebagaimana ayat ini, walaupun ia punya anak banyak. Walid bin Mughirah yang membenci Nabi, ia punya sebelas anak.
Tapi anaknya tidak melanjutkan misi dan pandangan Walid sehingga ia bisa disebut abtar. Terputus dari keturunannya dan terputus pula dari kebajikan. Orang yang abtar, jika dihubungkan dengan Al Kautsar yang bermakna telaga surga, ia juga tidak akan bisa meminum dari sana.
Quran Surat Al Kautsar menjelaskan bahwa Allah memberikan nikmat banyak kepada Rasulullah. Diantara nikmat banyak itu, Allah memberikan keturunan yang banyak kepada Rasulullah dan telaga kautsar di surga nanti. Surat ini memberikan arahan (Taujih Rabbani) agar Rasulullah mensyukuri nikmat itu dengan shalat dan berkurban. Shalat yang semata-mata karena Allah dan berkurban juga untuk Allah.
Yang jelas, tanpa diragukan surat ini merupakan mukjizat Allah SWT. Bukti kebenaran Rasulullah.
Bahwa siapapun yang membenci Rasulullah, dia akan terputus dari kebaikan dan rahmat Allah. Di dunia, mereka terputus dari rahmat Allah dan terputus dari keturunannya, sedangkan di akhirat kelak mereka tidak bisa minum dari telaga kautsar.
Semoga dari catatan ini, semakin menambah kecintaan kita kepada Rasulullah serta memotivasi kita untuk mendirikan shalat dan berkurban. Wallahu a’lam bish shawab. (*)
*) Penulis adalah Jurnalis dan Advokat