Opini  

“Banjir” Baliho Capres RI 2024, Menggali Kuburan Sendiri

Oleh: Edi Sudarjat, Analis Politik dan Media

“Banjir” Baliho Capres RI 2024, Menggali Kuburan Sendiri

Pada Juli 2021, Golkar secara resmi memerintahkan kader-kadernya memasang baliho Airlangga; sementara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tidak terang-terangan demikian.

Di sinilah kesalahan strategi kampanye terjadi alias capres tersebut “menggali kuburannya sendiri”. Pasalnya, “banjir” baliho itu tidak efektif (menghabiskan duit), kemungkinan besar malah kontra produktif (menghasilkan citra negatif).

Mengapa?

Karena baliho hanya efektif mengangkat popularitas, dengan syarat kondisi masyarakat sedang normal.

Padahal lebih dari setahun ini masyarakat Indonesia dan dunia jelas-jelas tidak normal lantaran pandemi Covid-19. Dalam sebulan terakhir, tingkat kasus positif dan kematian harian akibat Covid-19 di Indonesia, beberapakali mencapai angka tertinggi di dunia! Pasien rumah sakit (RS) di berbagai daerah membludak; RS tak mampu lagi menampung pasien.

Lagipula, tidak sedikit masyarakat yang anjlok drastis pendapatannya di masa Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang sudah dua periode dijalankan pemerintah.

Alih-alih menghasilkan citra positif, boleh jadi “banjir” baliho itu justru menjengkelkan masyarakat. “Ah apa pula gambar-gambar besar ini, kita lagi susah malah dikasih gambar,” kira-kira begitu komentar orang.

“Banjir” baliho Puan berefek negatif telah terjadi di Surabaya dan Blitar beberapahari lalu. Baliho Puan Maharani dicorat-coret, justru di “kandang banteng”. Memang belum jelas apa sebabnya. Yang jelas, gejala ini perlu dipikirkan sungguh-sungguh oleh tim pencapresannya.

Sebenarnya, bagaimana strategi kampanye capres yang pas? Mari kita bahas pada kolom berikutnya. Sabar ya Cak.***