banner 728x90
Opini  

Idulfitri, Agungkan Nama Allah, Muliakan Ciptaan-Nya

Idulfitri, Agungkan Nama Allah, Muliakan Ciptaan-Nya
M Fuad Nasar

Oleh M Fuad Nasar

Seiring alunan azan Subuh di ketenangan pagi 1 Syawal, umat Islam di seluruh dunia menyambut Idulfitri, hari kemenangan. Idulfitri menandai selesainya ibadah puasa Ramadan dan dimulainya perjuangan menegakkan nilai-nilai ibadah puasa dalam kehidupan nyata.

Semenjak bada Magrib pada hari terakhir puasa Ramadan, kalimat takbir telah bergema bersahut-sahutan dari masjid ke masjid, dari musalla ke musalla, di setiap lingkungan muslim.

Dalam keadaan bagaimana pun, setiap datangnya Idulfitri, seperti saat ini kita berhari raya dalam suasana kekhawatiran terhadap risiko penyebaran virus global Covid 19. Namun, sesuai tuntunan Al Quran dan Sunnah, hari Idulfitri yang penuh kemuliaan tetap disambut dengan sikap ruhani yang positif dan kegembiraan.

Idulfitri adalah hari besar yang dimuliakan Allah SWT sebagai salah satu lambang kebesaran agama yang diridai-Nya. Ada dua hari raya dalam Islam yang diperintahkan manusia merayakannya, yaitu Idulfitri 1 Syawal dan Iduladha 10 Dzulhijjah yang disebut juga Hari Raya Haji.

Di hari ini umat Islam mengumandangkan kalimat Takbir membesarkan Allah Yang Maha Agung, kalimat Tauhid mengesakan Allah Yang Maha Kuasa, dan kalimat Tahmid mensyukuri nikmat Allah Yang Maha Kaya. Allah berfirman, Dia menghendaki agar anda menyempurnakan hari puasa yang telah ditentukan, dan bertakbirlah mengagungkan nama Allah atas petunjuk-Nya. Dan kiranya anda bersyukur. (QS Al-Baqarah [2]: 185).

Mengagungkan asma (nama) Allah dan memuliakan sesama ciptaan-Nya merupakan dua dimensi perilaku yang tidak terpisahkan dari spirit Idulfitri. Setelah menjalani shaum (puasa) selama satu bulan (29 atau 30 hari) sebagai sarana penyucian jiwa dan pengendalian diri, diharapkan terbentuk pribadi muslim yang bertakwa sesuai dengan tujuan puasa dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 183.

Orang yang bertakwa pasti memuliakan sesama ciptaan-Nya karena Allah. Pribadi muttaqin menghargai setiap manusia walaupun berbeda pendapat dan keyakinan. Orang yang takwa mempunyai sikap istiqamah, berpihak pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan di mana pun dan dalam posisi apa pun.

Orang bertakwa selalu merasa terpanggil untuk mendakwahkan Islam sesuai kapasitas ilmu dan kemampuannya sebagaimana pesan Nabi Muhammad SAW, sampaikan kepada manusia apa yang kuajarkan walaupun satu ayat. Setidaknya seorang muslim wajib mendakwahkan Islam melalui akhlak pribadinya yang baik dalam berinteraksi dengan orang lain.

Seorang muslim yang ikhlas menjalankan ibadah puasa diharapkan bisa memelihara kesucian diri yang diraih dengan perjuangan. Dia tidak mau meruntuhkan nilai-nilai puasa dengan perilaku di luar Ramadan yang bertentangan dengan ajaran agama.

Pengalaman berpuasa yang dirangkaikan dengan kewajiban mengeluarkan zakat fitrah menjelang Idulfitri diharapkan menumbuhkan solidaritas sosial dalam rangka membangun masyarakat, umat, bangsa dan bahkan dunia yang lebih baik.

Hikmah ibadah puasa Ramadan membersihkan diri dari sifat-sifat yang tidak baik dan mengukuhkan pribadi muslim sampai pada derajat takwa. Ibadah Ramadan menggembleng setiap muslim menjadi pribadi yang dekat dengan Allah dan mencintai sesama ciptaan-Nya.

Pegangan hidup muslim yaitu Al-Quran dan Sunnah harus benar-benar dipahami dan diamalkan oleh setiap muslim. Kekosongan jiwa manusia dari pegangan hidup akan menyebabkan penderitaan.

Dalam konteks Idulfitri, sebuah Hadis Rasulullah SAW patut direnungkan, Pemimpin Iblis berteriak-teriak setiap datangnya Hari Raya Idulfitri.

Berkumpullah anak buahnya. Mereka bertanya; Apakah yang menyebabkan anda marah besar pada hari ini? Pemimpin Iblis itu berkata; Pada hari ini Tuhan telah memberi ampunan kepada orang-orang beriman yang selesai menjalankan ibadah puasa dengan sempurna.

Maka kalian harus menggoda mereka agar tenggelam dengan hura-hura dan kembali memperturutkan hawa nafsunya sampai Tuhan murka kepada mereka!

Potret dunia dewasa ini diliputi persoalan kemiskinan dan kesenjangan sosial yang mencolok. Pada tahun 2018 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merilis data lebih dari 821 juta penduduk menderita kelaparan hingga gizi buruk di seluruh dunia. Jumlah tersebut terus meningkat selama tiga tahun terakhir. Tahun 2020 PBB juga merilis data 265 juta orang penduduk dunia terancam kelaparan akibat pandemi COVID 19.

Sementara itu ambisi penjajahan, sikap arogan dan agresif suatu bangsa yang ingin menguasai bangsa lain, seperti contoh buruk yang diperlihatkan secara kasat mata oleh zionis Israel terhadap bangsa Palestina, menambah buram sebagian wajah dunia. Umat Islam karena panggilan risalah agamanya harus berdiri paling depan dalam membela kemerdekaan dan hak asasi manusia di mana pun.

Khalifah Umar bin Khattab pernah menegur seorang gubernur yang bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat kecil, Sejak kapan anda memperbudak manusia. Padahal mereka dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan merdeka.

Persamaan derajat kemanusiaan dan solidaritas sosial seperti diajarkan dalam Islam merupakan religiosity jenious dan modal sosial yang efektif untuk mendekatkan jurang kesenjangan sosio-ekonomi antara golongan kaya (the have) dan golongan miskin (the have not) serta menyelamatkan kehidupan orang-orang yang menderita.  Senapas dengan semangat beragama, kesenjangan sosial dan ketidakadilan harus dikoreksi dan diperbaiki karena menjadi salah satu sumber disintegrasi sosial bahkan dapat menimbulkan gejolak sosial.

Selain itu, pemberantasan korupsi harus dimaksimalkan karena korupsi adalah kejahatan yang sangat menyakitkan kemanusiaan dan menambah kesenjangan sosial di setiap negara.  Kemiskinan yang terjadi di negara-negara berkembang tidak lepas dari korupsi yang menggurita.