Tajuk  

Perjuangan NU Kini dan Esok, Setarakan Umat Islam Dunia

Perjuangan NU Kini dan Esok, Setarakan Umat Islam Dunia

Kelima, Jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU) memohon balasan surat dari Yang Mulia yang menjelaskan bahwa kedua orang delegasinya benar-benar menyampaikan surat mandatnya dan permohonan-permohonan NU kepada Yang Mulia dan hendaknya surat balasan tersebut diserahkan kepada kedua delegasi tersebut.

Dari pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Komite Hijaz yang merupakan respons terhadap perkembangan dunia internasional ini menjadi faktor terpenting didirikannya organisasi NU. Berkat kegigihan para kiai yang tergabung dalam Komite Hijaz, aspirasi dari umat Islam Indonesia yang berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah diterima oleh raja Ibnu Saud. Sejumlah situs berhasil diselamatkan termasuk
Makam Nabi Muhammad.

NU Dulu, Kini, dan Esok

Jika dahulu kala ketika masih zaman penjajahan dan transportasi dunia masih belum modern seperti saat ini, NU sudah berpikir dan berjuang untuk kesetaraan umat Islam dunia, maka kini dan esok adalah keniscayaan membangun dan memperjuangkan kesetaraan umat Islam berperan dalam pembangunan manusia seutuhnya dengan budi pekerti luhur (akhlakul karimah).

Diketahui, Nahdlatul ‘Ulama (Kebangkitan ‘Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam), adalah sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia. Dengan perjuangan dilandasi budi pekerti insyaAllah jauh dari budaya korupsi.

Sejak berdiri NU konsisten bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Kehadiran NU merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi keagamaan yang dianut jauh sebelumnya, yakni paham Ahlussunnah wal Jamaah. Terutama menjaga dan mengawal paham Islam di Nusantraa hasil sentuhan Wali Songo dalam beragama dan bermasyarakat.

Telah terbukti NU dengan basis pondok pesantren dan kampung santri dengan tradisi ahlu sunnah wal jamaah begitu bermarwah. Karena didorong dan
dipengaruhi kondisi politik dalam dan luar negeri, sekaligus merupakan kebangkitan kesadaran politik yang ditampakkan dalam wujud gerakan organisasi dalam menjawab kepentingan nasional dan dunia Islam.

Sejarah mencatat, akibat penjajahan maupun kungkungan tradisi, telah menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan “Kebangkitan Nasional”. Semangat kebangkitan terus menyebar – setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya, muncullah berbagai organisasi pendidikan dan pembebasan.

Merespon kebangkitan nasional tersebut, Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) dibentuk pada 1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan “Nahdlatul Fikri” (kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar, (pergerakan kaum saudagar).

Merujuk sejarah perjuangan dari kebangkitan tanah air, kebangkitan pemikiran,
dan pergerakan kaum saudagar. Kini NU menjelang “tahun emas” (16 Rajab 1344 – 16 Rajab 1444), lebih bermakna jika melahirkan pejuang modern sesuai dengan cita-cita luhur para pendiri.

Jika dulu, Serikat
dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.

Maka, kini dan masa akan datang (baca, esok) adalah keniscayaan NU melahirkan pejuang modern, para santri dengan sarjana ilmu pengetahuan sesuai kebutuhan umat Islam di tanah air dan umat Islam dunia.

Mengapa menyebut pejuang modern? Mengingat banyak sarjana bahkan ada juga dengan lebel santri, justru masih menjadi pelaku korupsi dan menjadi contoh tidak berbudi pekerti dalam mengabdi kepada negeri.

Adalah keniscayaan NU yang lahir di Kota Surabaya, pertama kali dipimpin oleh K.H. Hasjim Asy’ari sebagai Rais Akbar, kini dan esok akan melahirkan pejuang modern. Dengan baiat atau doktrin bahwa di seluruh lapisan perjuangan memberi contoh sebagaimana Rasulullah diutus atau ditugaskan, “Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan akhlaq (manusia menjadi) mulia”.

Menyetarakan umat Islam dalam berbangsa dan bernegara, NU melahirkan pejuang dengan keilmuan santri sangat mumpuni dan keilmuan pengetahuan umum (sangat teruji) di bidang pendidikan, ekonomi, kedokteran, sosial-budaya, dan politik. Sehingga menjadi contoh bernegara dan berbangsa yang memegang teguh akhlakul karimah. Mengabdi karena Budi pekerti, mengabdi karena melawan korupsi, mengabdi karena benar-benar berbakti (*)