Tajuk  

Jember di antara Musibah Banjir Nasional

Jember di antara Musibah Banjir Nasional
H. Djoko Tetuko Abdul Latief

Keenam, di Kalimantan Selatan, sejak Rabu (6/1/2021) 8 kabupaten dan kota di Kalimantan Selatan banjir hebat. Mulai dari 50 centimeter hingga 4 meter. Penggundulan hutan dikaitkan sebagai penyebab terjadinya banjir yang kini melanda wilayah Kalimantan Selatan, dan menyebabkan lebih dari 20.000 warga harus mengungsi.

Ketujuh, di Halmaherah Utara Maluku Utara, Sabtu (16/1/2021) hujan intensitas tinggi
membuat sejumlah desa di Kabupaten Halmahera Utara (Halut) dilanda banjir.
Sedikitnya 5 desa di wilayah Kecamatan Kao Barat digenangi banjir setinggi 80 hingga 100 sentimeter. Ratusan rumah warga dan fasilitas umum di wilayah itu ikut terendam.

Sekretaris Daerah Halut Yudihart Noya, yang berada di lokasi banjir ketika dikonfirmasi, menyatakan banjir di Kao Barat disebabkan meluapnya Sungai Nguailami usai hujan deras mengguyur selama sehari.

Kedelapan, di Manado Sulawesi Utara, sejak Jumat (1/2/2019) sampai banjir dan longsor Sabtu (16/1/2021) banjir menerjang Kota Manado. Bahkan pada awal tahun 2021 sempat menunda
4 penerbangan, satu diantaranya pesawat yang ditumpangi staf kepresidenan Moeldoko, terpaksa mendarat di Bandara Jalaluddin Gorontalo, Jumat (1/2/2019).

Di Jember, Bupati Jember dr. Faida, MMR. menyalurkan sejumlah bantuan kepada warga terdampak bencana banjir, Sabtu (16/1/2021), di Kecamatan Bangsalsari dan Puger.

Diketahui, di Desa Bangsalsari, Faida melihat Pondok Pesantren Ar Rosyid yang terkena terjangan banjir hingga menjebolkan dinding bangunan. Bahkan para santri menyelamatkan diri ke tempat lebih tinggi. Barang mereka hanyut dan rusak. Buku-buku pelajaran di pondok itu juga rusak.

Setelah memantau plengsengan yang jebol, Faida kemudian melihat kondisi pondok, sekaligus memberikan sejumlah bantuan untuk para santri. Berupa alas tidur, selimut, Al Qur’an, dan sembako.

Penyebab utama banjir itu adalah curah hujan yang sangat tinggi, saluran air tidak mampu menampung, dan gangguan saluran. Sehingga perlu normalisasi saluran sungai.

Bagi warga yang terdampak banjir, Faida menyebut memberikan bantuan sesuai kebutuhan mereka. Diantaranya pertolongan jiwa untuk diamankan di tempat pengungsian. Pertolongan ini terutama lansia, anak-anak, difabel, dan warga yang sakit.

Kebutuhan lain yang juga dipenuhi yaitu kebutuhan pokok berupa sembako, bahan keperluan lain yang disesuaikan masing-masing warga terdampak.

Pemerintah bersama masyarakat pada masa
pandemi Covid-19, harus bersama-sama gotong royong dan saling bahu membahu membantu ketika ketika musibah banjir.

Sekedar sebuah peringatan banjir dan cuaca ekstrim karena kerusakan alam akibat ulah manusia. Sebagaimana firman Allah SWT pada (Surat Ar-Rum ayat 41), “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

Mengingat hujan deras dan daerah rawan banjir, diperkirakan masih akan terjadi ke depan, maka wilayah dengan ancaman cuaca ekstrim dan daerah langganan banjir atau kini menjadi wilayah baru banjir sebaiknya tanggap dan waspada.

Karena hampir semua pakar dengan rendah hati mengakui bahwa banjir dan cuaca ekstrim, karena kerusakan alam terutama alih fungsi hutan, lautan, dan polusi udara. Oleh karena itu, menjaga dan melestarikan alam sesuai dengan jati diri alam itu, merupakan upaya mencegah cuaca ekstrim dan banjir dengan senantiasa menjaga keseimbangan seluruh alam semesta. (*)