Tajuk  

Menunggu Gebrakan Partai Golkar Berpolitik Lewat Digital

Menunggu Gebrakan Partai Golkar Berpolitik Lewat Digital
H. Djoko Tetuko Abdul Latief

Tentu saja Partai Golkar sebagai partai paling berpengalaman di era perpolitikan Orde Baru, sejak menjelma dari Sekretraria Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar) pada masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno, tepatnya 1964 oleh Angkatan Darat untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik. Pasti akan melakukan program pengembangan partai sekaligus penguatan dengan memanfaatkan teknologi digital sebagai tataran menuju modernisasi di segala bidang, termasuk pendidikan politik dan penggalangan pendukung politik.

Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto mengapresiasi dan salut atas inovasi Ketua DPD Golkar Jawa Timur. “Semoga ini menjadi inspirasi bagi DPD se Indonesia,” tutur Airlangga dalam kata sambutan melalui virtual.

Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) bahwa kaum millenial kita ada sekitar 90 juta. Jumlah yang sangat besar untuk potensi politik kita dan ini harus ditata oleh Partai Golkar.

Apalagi, salah satu bidikan dalam Studio Digital ini, akan menggarap potensi pemuda ini harus disentuh dengan peralatan yang mereka minati seperti fasebook, twitter maupun instagram. Medsos harus menjadi alat komunikasi dan interaksi bagi para caleg dan parpol, menyampaikan program partai serta visi dan misinya.

Apa yang dilakukan oleh DPP dan DPD Golkar Jatim yang menjadi inisiator memanfaatkan medsos berupa studio digital menunjukan telah mampu menyiapkan calon calon legislator millenial, komunikator yang dimengerti oleh pemuda, pemimpin yang kuat serta membuat kebijakan yang dimengerti oleh rakyatnya.

Studio ini diharapkan dapat membekali pemilih partai dengan ilmu politik, ke depannya Golkar juga tengah menyiapkan Golkar Institut, mempunyai Balitbang dan Golkar terus bisa berdiskusi di media digital ini.

M. Sarmuji, SE,MSi, Ketua DPD Golkar Jatim, bahwa Studio Digital karena menyadari benar Partai Golkar bukan partai besar di Jatim dan secara geneologi politik Jatim bukan habitat utama Partai Golkar.

Bahkan, jika merujuk pada geneologi politik yang genuine dimana pemilu 1955 Jawa Timur dimenangkan oleh Partai NU (Nahdlatul Ulama) dengan perolehan suara sekitar 34 persen, PKI 23 persen, PNI 22,8 persen dan Masyumi 11 persen.

Tetapi pada masa Orde Baru, Golkar (Partai Golkar) menjadi single mayority karena menjadi kekuatan pemerintahan dalam mengendalikan ketatanegaraan maupun kelangsungan berbangsa dan bernegara dengan harapan mencapai pembangunan di segala bidang.

Lepas dari kekurangan dan belum mampu menutup Orde Baru dengan husnul khotimah, tetapi Partai Golkar pernah menjadi partai politik besar. Bahkan menjadi soko guru kelahiran parpol Era Reformasi. Dan kini di era digital Partai Golkar mengawali dengan meLaunching Studio Digital dalam memainkan peran politik. Tentu lebih Arif dan bijak menunggu bagaimana gebrakan membawa gerbong partai Pohon Beringin ini dengan teknologi modern. (*)