Prestasi Jatim kembali moncer pada PON sebagai titik kulminasi pembinaan olahraga nasional, setelah pada PON XVII di Samarinda Kaltim kembali juara umum. Dua-duanya menjadi catatan tinta emas Gubernur Imam Utomo.
Sebagai catatan tinta emas Kontingen PON Jatim tidak lagi “jago kandang”, dimana pada
PON XVII Kaltim 2008, kembali juara umum setelah meninggalkan daerah pesaing utama tuan rumah Kaltim dan Jakarta.
Menggapai target juara umum pada PON Papua 2021 (jika tidak ditunda lagi) wajib didukung penuh. Tentu saja tidak hanya berlatih maksimal dan peran psikolog, tetepi masalah nonteknis secara totalitas sangat menentukan.
Dunia olahraga mengajarkan bahwa demokrasi tertinggi dalam persaingan secara sportif, ialah arena olahraga sebagai kompetisi terhebat.
Tetapi taktik dan strategi jitu, dengan berbagai statement atau ambisi menggapai prestasi tertinggi akan berhenti ketika nonteknis tidak mendapat sentuhan.
Oleh karena itu, jika kecermatan menghitungkan dari jumlah pertandingan dan peluang memperoleh medali emas, serta menghindari pertemuan di final dengan tuan rumah Papua, sudah diolah sedemikian rupa. Juga meninabobokan Jakarta dan Jabar, maka nonteknis akan menentukan.
Sekali lagi, kecermatan
menghitung peluang dan kesempatan merebut medali emas di nomer andalan atlet Jatim, menjadi kunci apakah Kontingen PON XX Jatim, mampu merebut kembali juara umum.
Inilah saat paling tepat meraih prestasi gilang gemilang lagi. Inilah saat paling tepat pula, menanti kembali berprestasi sebagai juara umum PON.
Nonteknis dalam dunia olahraga bukan hanya sekedar bonus, tetapi melakukan sikap ramah dan bersahaja dalam setiap event serta mensukseskan Papua sebagai tuan rumah, menjadi kunci dari semua perjuangan menuju juara umum. (*)