Opini  

Antara Covid-19 dan Dajjal (4-Habis)

Antara Covid-19 dan Dajjal (4-Habis)

Sayang Gavin tidak menjelaskan apa cahaya di ujung terowongan. Kemungkinan semacam optimisme manusia bisa keluar dari masalah pandemi ini. Apa itu vaksin? Mungkin. Tapi para ahli sendiri, termasuk WHO tidak yakin bahwa setelah ditemukan vaksin, otomatis pandemi berakhir.

Yang yakin banget tentang vaksin sebagai solusi itu produsen vaksin. Itu tidak apa-apa. Bisa dimafhumi. Namanya juga pedagang. Kemungkinan apapun dilakukan agar dagangannya laku.

Tidak ada satu pun yang berani memastikan kapan pandemi ini berakhir. Bagaimana keadaan kehidupan global ke depan. Kalau sekadar memprediksi begini begitu banyak. Baik yang didasarkan argument ilmiah maupun sekadar asal ngomong.

“Seandainya pandemi berakhir, dunia global tidak akan seperti sebelum pandemi,” ujar orang tajir dunia pemain bursa saham kelas global, George Soros. Tapi seperti apa, dia juga tidak tahu layaknya orang buta yang ditanya tentang indahnya bunga seroja.

Narasi Gavin ini mengingatkan kehidupan di dalam goa sebagai simbolisasi zaman gelap atau kalatidha. “Dan engkau akan melihat matahari ketika terbit, condong dari goa mereka ke sebelah kanan, dan apabila matahari terbenam, menjauhi mereka ke sebelah kiri. Sedang mereka berada dalam tempat yang luas. Itulah sebagian tanda-tanda (kebesara) Allah. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk, dan barangsiapa disesatkan-Nya, maka engkau tidak akan mendapatkan petunjuk kepadanya.” (QS Kahfi 17).

Cahaya matahari ini difasirkan sebagai simbol rahmat Allah. Harapan selamat hanyalah dengan mendapat rahmat Allah.

BANYAK PERTANDA

Kemungkinan Covid-19 hanyalah salah satu pertanda tentang fitnah Dajjal. Masih banyak pertanda lain yang saling berkaitan. Metode memahami pertanda-pertanda dari Allah itu sudah diberikan pedomannya oleh Allah di Quran Surah Al-Waqiah 75. “Lalu Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang.

Menurut Syekh Imran Hossein, eskatolog Islam dunia, petunjuk Allah itu banyak dan saling berkaitan. Ibarat orang yang sedang berlayar, tidak hanya menggunakan pedoman satu bintang.

Insya Allah pertanda atau petunjuk tentang semakin dekatnya dengan puncak kesajarahan (dimunculkannya) Dajjal muncul semakin banyak. Misalnya, berkembang artificial intelligent atau kecerdasan tiruan. Meredupnya Madinah dan bersinarnya Yerusalem. Semakin menggunungnya utang global akibat pandemi Covid-19 yang sudah sekitar 272 triliuan dollar AS atau setara Rp 3.859 kuadriliun). Internet dan dunia digital. Gegap gempita dunia maya.

Mudah-mudahan Allah mengijinkan saya membahas pertanda-pertanda itu di lain kesempatan. Tentu saja tetap dengan sudut pandang pensiunan wartawan, yang coba-coba jadi kolumnis hehehehe.

Mengakhiri tulisan ini, saya ingin menjawab teman-teman yang mengomentari tulisan saya Antara Covid-19 dan Dajjal episode 1-3. Umumnya merasa miris. Mengkirik. Takut. Bingung dan galau menghadapi situasi ini.

Saya tidak berani menjawab dengan pemikiran saya. Saya hanya mengutip saja petunjuk Rasulullah SAW. Mohonlah rahmat kepada Allah (QS Kahfi 10). Karena rahmat Allah itulah pemuda penghuni goa selamat. Padahal ancamannya sangat berat. Dibunuh atau dipaksa kembali ke kafiran.

Baca doa di akhir tasahut akhir. Hafalkan 10 ayat pertama Surah Kahfi atau 10 terakhir. Baca Kahfi setiap Jumat agar hati tetap mendapat nur Ilahi. Sebab strategi Dajjal itu membutakan hati manusia agar manusia sesat dan lebih hina dari binatang ternak (QS Al A’raf 179).

Dan hilangkan ketakutan. Kecemasan. Kegalaun. Betatapun Allah mendisain Dajjal sebagai mahluk yang diberi banyak keistimewaan seperti menghidupkan orang mati, menurunkan hujan,menumbuhkan tanaman, tetapi tetap saja pasti kalah. Tidak akan mampu menyentuh siapapun yang berada dalam lindungan Allah.

“Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan) mereka. Tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya.” (QS Shaff 8).

Untuk lebih luas dan detailnya bagaimana Islam memberi arahan menghadapi fitnah Dajjal, biarlah almukarram para kiai dan ustad yang menjelaskan. Itu domain beliau-beliau itu. Kalau pensiunan wartawan ikut-ikut itu kemelipen. Keminter. Nanti malah semakin kelihatan ngawurnya. Astaghfirullah. Rabbi a’lam.

Anwar Hudijono, kolumnis tinggal di Sidoarjo.