Ketika M. Rohanuddin Terbang Melayang-Layang (bag 1)

Ketika M. Rohanuddin Terbang Melayang-Layang (bag 1)

Dan 2 tahun lalu ketika Rohan sudah duduk di singgah sana sebagai Direktur Utama RRI, memberitahu bahwa program streaming RRI sudah mampu menjawab siaran berwarna.

Di antara kehidupan jihad di dunia penyiaran radio publik, di antara mimpi-mimpi menjadi RRI “kiblat baru” generasi mileneal dan “kiblat fanatik” generasi lama atau sentuhan jamannya. Rohan terus mengasah kegemaran menulis dan membaca puisi.

Ibarat burung perkutut, Rohan terus masuk kurungan melatih diri dengan mencakar-cakar dan kadang mematuk serta kadang di waktu sebelum subuh melatih suara emasnya.

Dan menjelang 75 tahun memperingati Indonesia merdeka di masa pandemi Covid-19 dengan semua kegiatan patuh protokol kesehatan, Rohan ibarat burung perkutut terbang melayang-layang di atas mega bersuara seperti suara emas waktu paling istimewa sholat tahajud, bersujud, beristigjfar, berdoa, bersuara, terbang melayang-layang.

Sebagai Sehimpunan puisi dalam untaian syair anak bangsa dari pulau garam Madura, “Bicaralah yang baik-baik”. Rohan seperti layang-layang bergambar mewah

….
betapa burung garuda
yang biasa melayang-layang tinggi dan terkadang berbaring
di langit
bertubi-tubi
terbang rendah
dari mulutnya
memuntahkan amarah besar
mengosok-gosokkan cakarnya
di atas surau-surau, dipunggung-punggung masjid,

Itu salah satu karya penyiar radio, reporter, kepala RRI di daerah, terbang rendah pun melayang-layang menjadi warna baru dan pilihan baru. (Djoko Tetuko)