Opini  

Pesantren Alternatif Kenormalan Masa Transisi

Pesantren Alternatif Kenormalan Masa Transisi
H. Djoko Tetuko Abdul Latief

Sekedar informasi saja, jika kehidupan normal model lama dengan mengedepankan budi pekerti luhur dengan mengeterapkan sopan santun, dalam berbagi pergaulan, baik bermasyarakat, berdagang, maupun berlaku sebagai pejabat dan aparat, bahkan dalam bermunajat kepada sang Kholiq, maka tatanan kehidupan bakal barokah dan manfaat. Sebagaimana potret di pesantren. Itulah cita-citra para pendiri bangsa dan anak bangsa ini.

Sekedar informasi saja, memperkuat pesantren Gubernur Jatim, Sabtu (6/6/2020) lalu bersama Kapolda Irjen Pol Muhammad Fadil Imran dan Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Widodo Iryanshah, ke Ponpes Lirboyo ini untuk mengecek penerapan pesantren tangguh dalam menghadapi Covid-19.

Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, memberikan bantuan pada dua Pondok Pesantren (Ponpes),yaitu Lirboyo Kota Kediri dan Al-Falah Ploso Kab Kediri.
Bantuan diberikan secara seremoni dengan pelbagai macam APD dan alat preventif berupa disinfektan.

Bantuan yang disalurkan melalui BPBD Jatim itu, berupa 5.000 buah masker kain, sprayer elektrik 5 unit, lysol 100 liter, baju hazmat 50 buah, dan hand sanitizer 200 liter. Diberikan pula bantuan berupa kacamata goggle 15 buah, face shield 15 buah, vitamin C sebanyak 1.000 strip, sepatu boot 5 buah, tempat cuci tangan 10 unit, dan sarung tangan latex 200 pasang.

Kunjungan ke Pondok Pesantren bagi Gubernur Jatim bersama Forpimda Jatim sangat tepat, mengingat jumlah pesantren di Jatim ribuan dan hampir semua sudah mandiri dan tangguh. Tinggal memberikan semangat untuk naik ke “Tangguh Plus” dalam hal melawan Corona bersama-sama. Oleh karena itu, kampung-kampung, desa, perubahan cluster, komunitas tertentu, justru wajib mencontoh model kehidupan di Pondok Pesantren yang jauh sebelum ada wabah Corona sudah mengeterapkan protokol kesehatan secara mandiri dan tangguh. Sekarang atau ke depan bagaimana pemerintah lebih memberikan perhatian dengan melakukan klasifikasi ponpes.

Misalnya, “klasifikasi A” sudah mandiri dan tangguh secara sempurna; “klasifikasi B” sudah mendiri dan tangguh (tetapi belum sempurna), sehingga membutuhkan bantuan untuk menyempurnakan, “Klasifikasi C” hanya mandiri saja tetapi belum tangguh. Dan semua itu dalam upaya mengembalikan pesantren kembali ke khittah. InsyaAllah jika dilakukan program klasifikasi maka akan meningkatkan kualitas pesantren menjadi bagian kehidupan bangsa dan negara yang hebat dan bermartabat.

Dan klasifikasi terhadap pesantren, juga perlu dilakukan di kampung, desa, kelurahan, lingkungan selama pandemi Corona masih menyebar di berbagai daerah, terutama Surabaya, Sidoarjo, Gresik, dan Kediri juga provinsi lain yang masih tinggi kasus positif terinfeksi Corona, sangat tepat. Sebab menuju kenormalan baru dengan menghadapi Corona memerlukan kemandirian dan ketangguhan, terutama memperkuat ekonomi kerakyatan. Dengan tetap disiplin protokol kesehatan, lebih bersahaja, sopan dan santun, lebih bermartabat karena terus bermunajat kepada Yang Maha Kuasa dan Perkasa, Yang Maha Pengasih dan Penyayang, juga menjadi warga terhormat karena saling menyayangi sesama umat. (JT)