Rabu, 9 Oktober 2024
29 C
Surabaya
More
    LapsusWawancaraDokter Joni Wahyuhadi Memilih Covid Karena Tugas Mulia Ketimbang Praktek

    Dokter Joni Wahyuhadi Memilih Covid Karena Tugas Mulia Ketimbang Praktek

    Penanganan Virus Corona di Jawa Timur sudah hampir empat bulan lamanya. Sampai Minggu (7/6/2020) pasien positif 5.940, berhasill sembuh 1.499, pasien dalam pegawasan (PDP) 7.343 dan Orang dalam pemantauan (ODP) 25.516, orang meninggal karena Covid-19 502 dan kasus OTG (orang tanpa gejala) 20.489.

    Direktur RSU Dr. Soetomo Surabaya, Dr. dr. Joni Wahyuhadi, Sp.BS oleh Gubernur Khofifah Indar Parawansa dipercaya sebagai ketua tim kuratif pada Gugus Tugas Percepatan penanganan Covid-19. Rumah sakit milik Pemprov Jawa Timur tersebut juga dijadikan rumah sakit rujukan pasien Covid-19. Berikut ini wawancara ringan WartaTransparansi.com dengan Dr. dr. Joni Wahyuhadi, Sp.BS tentang kesibukan barunya.

    Covid-19 ini banyak dokter dan perawat meninggal. Bagaimana Tanggapan Anda ?

    Cukup banyak kawan kawan saya yang gugur, juga perawat. Tidak perlu saya sebutkan satu persatu. Pertama, untuk di RSU Soetomo, oleh Gubernur Ibu Khofifah saya dipercaya sebagai pimpinan Soetomo. Terimakasih. Itu tanggung jawab saya. Makanya di RSU Soetomo itu ada pedoman pedoman pemakaian APD (Alat Pelindung Diri). Di UGD, ICCU, Rawat Inap dan Rawat Jalan pedomannya beda beda. Saya harus membuat pedoman itu. Tujuannya apa, agar supaya semua baik dokter, perawat dan tenaga tenaga lainya terlindungi.

    Saat Covid ini, lalu ada pedoman layanan Covid-19. Disitu ada scoring system. Pasien datang yang tidak tau itu Covid atau bukan harus di skorring. Tujuannya, untuk safety. Keselamatan dokter maupun perawatnya. Meski sudah seperti itu masih saja ada yang tertular. Ya namanya manusia kadang juga ceroboh. Intinya bahwa semuanya harus disiplin. Ikuti anjuran pemerintah physical distancing, social distancing, pakai masker, jaga jarak, hindari kerumunan.

    Kawan kawan saya terkena Covid, mereka itu sebagian besar malah tidak merawat Covid ini. Mereka kebanyakan merawat pasien yang tidak tau itu Covid. Saya punya kawan senior, sekarang sudah pensiun, sejak dulu kalau merawat pasien selalu pakai masker. Pada awal Maret lalu pernah merawat pasien Covid-19, pasiennya itu akhirnya meninggal. Tapi beliau itu sampai sekarang tetap sehat. Karena selalu menggunakan masker, dan tempat cuci tangan ada ditempat itu. Beliau itu dulunya di Soetomo, setelah pensiun, lalu di rumah sakit swasta. Para dokter dan perawat saya anjurkan selalu pakai masker.

    Sekarang ini saya sudah tiga bulan tidak melakukan operasi, tidak praktek. Sebenarnya pasien pasien saya itu nggondok dengan saya, ya karena saya lebih memilih di Covid ini. Kepada mereka, Saya sarankan pilih dokter mana saja boleh, kalau tidak mau ya terpaksa menunggu sampai selesainya Covid.

    “Dulu sebelum di menejement pasien saya banyak, tapi sekarang terkurangi karena waktuya banyak di menejement RSU Soetomo. Tapi bedah saraf itu kan juga tidak banyak. Rata rata operasi bedah saraf antara 9 sampai 10 dalam sebulan. Sekarang harus rela saya tinggalkan. Saya memilih masuk tim kuratif gugus tugas Covid-19 ini ketimbang praktek.

    Hampir tiga bulan Anda bergelut dengan Covid-19. Ada Komentar ?

    Corona Virus ini banyak sekali memberikan pelajaran kepada kita. Pertama ,terpaksa kita harus berpola hidup bersih, selalu mandi, cuci tangan pakai hand sanitizer, minimal pakai sabun. Kedua, pola hidup kita harus berubah dan mungkin juga untuk selamanya, kemana mana harus pakai masker, melihat kesehatan kita secara rutine dengan selalu mengecek kesehatan ke dokter.

    Dulu orang batuk itu biasa. Sekarang, batuk saja bisa dicurigai. Pilek itu dulu hal biasa,tapi sekarang tidak bisa diremehkan. Batuk itu gejala umum, ada TBC, ada flu biasa. Tapi ini sedang pandemi corona,maka menjadi tidak biasa. Karena Covid-19 ini gampang menular. Dulu rumah sakit tidak punya ruang isolasi itu hal biasa. Sekarang tidak boleh lagi. Setiap rumah sakit tyepe apapun harus punya ruang isolasi. Dulu ada pasien menular cukup di sendirikan begitu saja, nah sekarang tidak boleh lagi.

    Sekarang ini PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia) harus tegas karena di Permenkesnya juga ada. Rumah sakit minimal harus punya satu ruang isolasi. Lalu petugasnya harus memakai alat pelindung diri (APD). Dulu merawat pasien TBC tidak pakai masker atau karena dianggap menularnya lama. Tapi sekarang ini penularannya sangat cepat. Hari ini merawat pasien dan tidak pakai masker, besok sudah tertular.

    Bagaimna membagi waktu antara keluarga, tugas negara, Covid-19, dan tim kuratif gugus tugas Covid-19 ?

    …Ha ha ha, sejenak tertawa panjang. Saya ditugasi oleh Ibu Gubernur, terimakasih atas kepercayaan ini. Inilah bentuk amal ibadah, amal jariyah saya berbakti kepada masyarakat. Pagi, jam 06.00 sudah keluar dari rumah. Kalau pagi tidak ada agenda dengan Gubernur, saya mampir dulu ke rumah sakit, RSU Dr.Soetomo Surabaya. Siangnya baru ke Grahadi. Disini diskusi dengan tim kuratif, rapat rapat gabungan, Vidcon dengan tim kuratif kabupaten/kota, lalu evaulasi sampai sekitar jam 01.00 dinihari, baru pulang. Sesampainya di rumah langsung mandi. Dulu pulang kerja tidak pernah mandi. Tapi sekarang wajib mandi.

    Covid-19 ini kan tidak tau sampai kapan akan berakhir. Respon keluarga Anda seperti apa ?

    Pada awalnya istri dan anak anak saya selalu protes. Papa nggak pernah pulang, papa keluar terus. Pertanyaan itu selalu saja muncul saben hari. Tapi lama lama istri dan anaknya sadar dan memahami. Ini sebuah tantangan dan saya selalu berdoa moga moga Covid-19 ini cepat hilang. Dirumah, sebelum tidur saya paksakan membaca buku literatur, dan perkembangan Covid dunia. Waktu puasa kemarin sampai sahur, setelah subuhan baru tidur. Jam 08.00 bangun, mandi, lalu berangkat lagi. (Amin Istighfarin)

    Reporter : Amin Istighfarin

    Editor : Amin Istighfarin

    Sumber : WartaTransparansi.com

    COPYRIGHT © 2020 WartaTransparansi.com

    Berita Terkait

    Jangan Lewatkan