Tiga penyanyi legendaris di tanah air ini, merupakan pemilik suara emas dengan penggemar di jalur musik masing-masing sangat luar biasa. Almarhum Gombloh, Chrisye, dan Didi Kempot, sama-sama mendapat gelar dari masyarakat luas sebagai maestro.
Plus minus Gombloh sebagai penyanyi balada menggetarkan belantika musik Indonesia, ketika lagu-lagu populer “Gila” meracuni penggemarnya, dan “Kebyar-Kebyar”, hingga saat ini masih gemebyar. Penyanyi yang menghabiskan hidup di Bengkel Muda Surabaya kelahiran Jombang itu, ketika memasuki masa bertaubat dan menebar kebaikan dengan suara emasnya, dipanggil Sang Khaliq.
Chrisye sebelum wafat sempat menggemparkan dunia musik Indonesia ketika sukses dengan “Konser Tunggal”, yaitu; konser Sendiri (1994), Badai Pasti Berlalu (2000) dan konser Dekade (2003).
Chrisye pernah menuturkan, saat akan mengelar Konser Sendiri, sejumlah kalangan memperkirakan pertunjukan itu tak akan sukses. Kala itu belum ada penyanyi Indonesia yang berani menggelar konser tunggal. Apalagi, bertempat di gedung yang hanya digunakan untuk artis-artis luar negeri. Tetapi Chrisye mampu menghipnotis panggung seakan miliknya bersama seluruh fansnya. Dan masyarakat luas termasuk pers memberi stempel maestro.
Didi Kempot, berpulang 11 Ramadan 1441 Hijriyah atau bertepatan dengan 5 Mei 2020, insyaAllah sesuai janji Allah SWT, mendapat kesempatan mencicipi surga karena wafat dengan akhir baik, dan khusus saat bulan suci surga terbuka untuk hambaNya yang husnul khotimah dan keilmuannya bermanfaat untuk umat.
Cuplikan bait syair “…, Lali Opo Pancen Nglali
Yen Eling Mbok Enggal Bali (Lupa apa melupakan diri. Kalau sudah ingat mohon segera kembali)… itu bait dari syair judul lagu, stasiun balapan. Dimana ketika semua sudah ingat akan kebaikan dan kebenaran, bahkan menebar kemaslahatan, maka stasiun terakhir “mudik”. Didi Kempot sudah “mudik” dengan akhir baik. Ini lirik lagu “Stasiun Balapan”
Ning Stasiun Balapan
Kuto Solo Sing Dadi Kenangan
Kowe Karo Aku
Naliko Ngeterke Lungamu
Ning Stasiun Balapan
Rasane Koyo Wong Kelangan
Kowe Ninggal Aku
Ra Kroso Netes Eluh Ning Pipiku
Da… Dada Sayang
Da… Slamat Jalan
Janji Lungo Mung Sedelo
Jare Sewulan Ra Ono
Pamitmu Naliko Semono
Ning Stasiun Balapan Solo
Janji Lungo Mung Sedelo
Malah Tanpo Kirim Warto
Lali Opo Pancen Nglali
Yen Eling Mbok Enggal Bali
Ning Stasiun Balapan
Kuto Solo Sing Dadi Kenangan
Janji Lungo Mung Sedelo
Jare…
Kepopuleran almarhum Chrisye di jagat musik pop pada 1977, ketika penyanyi lagu “Lilin-Lilin Kecil” karya James F. Sundah. Lagu itu diciptakan Sundah untuk ajang Lomba Cipta Lagu Remaja 1977 yang dibuat oleh Radio Prambors.
Awalnya, seperti dikisahkan dalam Chrisye: Sebuah Memoar Musikal (2007) yang disusun Alebrthiene Endah, Chrisye sempat menolak ketika diajak Yockie Suryoprayogo untuk jadi vokalis di album Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors ini. Namun Sys NS berhasil meyakinkan Chrisye untuk menyanyikan “Lilin-Lilin Kecil”. Sys mungkin sudah bisa meramal bahwa lagu itu akan meledak jika Chrisye yang jadi vokalis. Ini lirik lagu “Lilin Lilin Kecil”
Oh.manakala mentari tua lelah berpijar
Oh.manakala bulan nan genit enggan tersenyum
Berkerut-kerut tiada berseri
Tersendat-sendat merayap
Dalam kegelapan
Hitam kini hitam nanti
Gelap kini akankah berganti
Dan kau lilin-lilin kecil
Sanggupkah kau mengganti
Sanggupkah kau memberi
Seberkas cahaya
(Sanggupkah ku)
Dan kau lilin-lilin kecil
Sanggupkah kau berpijar
Sanggupkah kau menyengat
Seisi dunia
Oh… manakala mentari tua lelah berpijar
Oh… manakala bulan nan genit enggan tersenyum
Berkerut-kerut tiada berseri
Tersendat-sendat merayap
Dalam kegelapan
Hitam kini hitam nanti
Gelap kini akankah berganti
Dan kau lilin-lilin kecil
Sanggupkah kau mengganti
Sanggupkah kau memberi
Seberkas…
Lagu “Kebyar-Kebyar” almarhum Gombloh, hampir sama dengan lagu kebangaaan “Indoensia Raya”, bedanya Kebyar-Kebyar seakan-akan lebih mewakili menjadi “duta Indonesia”, karena dapat dinyanyikan dalam situasi apa saja. Bahkan generasi yang lahir setelah almarhum Gombloh wafat pada tahun 1988, masih menikmati dan seperti menyanyi di jaman lagu itu pertama dinyanyikan. Kedahsyatan lagu itu membuat almarhum Gombloh mendapat predikat maestro
Lagu Kebyar-Kebyar yang dipopulerkan musisi almarhum Gombloh, pada Senin 5 November 2018, bergema di Provinsi Fuzhou, Tiongkok, dilantunkan mahasiswa dan mahasiswi Fujian Normal University.
Mereka menyambut kedatangan Presiden RI kelima Megawati Soekarnoputri yang menerima gelar doktor kehormatan (honoris causa) bidang diplomasi ekonomi oleh universitas tersebut. Inilah lirik lagu “Kebyar-Kebyar”
Indonesia
Merah darahku, putih tulangku
Bersatu dalam semangatmu
Indonesia
Debar jantungku, getar nadiku
Berbaur dalam angan-anganmu
Kebyar-kebyar pelangi jingga
Indonesia
Nada laguku, simfoni perteguh
Selaras dengan simfonimu
Kebyar-kebyar pelanggi jingga
Biarpun bumi berguncang
Kau tetap Indonesiaku
Andaikan matahari terbit dari barat
Kau pun Indonesiaku
Tak sebilah pedang yang tajam
Dapat palingkan daku darimu
Kusingsingkan lengan
Rawe-rawe rantas
Malang-malang tuntas
Denganmu
Indonesia
Merah darahku, putih tulangku
Bersatu dalam semangatku
Indonesia
Debar jantungku, getar nadiku
Berbaur dalam angan-anganku
Kebyar-kebyar pelangi jingga
Indonesia
Merah darahku, putih tulangku
Bersatu dalam semangatku
Indonesia
Debar jantungku, getar nadiku
Sekedar menorehkan coretan sejarah masa lalu dan masa kini, ketiga maestro penyanyi beda jaman itu menghipnotis penggemarnya di masa kejayaan yang gilang gemilang. Bahkan tidak pernah hilang dari denyut kehidupan.
Dionisius Prasetyo atau lebih dikenal dengan nama panggung Didi Kempot, lahir di Solo, 31 Desember 1966, seorang penyanyi dan pencipta lagu campursari dan congdut dari Surakarta. Didi Kempot merupakan putra dari seniman tradisional terkenal, Ranto Edi Gudel. Didi Kempot merupakan adik kandung dari Mamiek Prakoso, pelawak senior Srimulat.