“Ya Allah hindarkanlah kami dari harga-harga yang mahal, wabah, gempa, kemungkaran, balak, Corona, dan musibah-musibah lainnya, baik yang nampak dan yang tersembunyi, di negeri kami pada khususnya dan negeri kaum mukminin pada umumnya. Sungguh Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu dan Yang Maha Layak Mengabulkan do’a”
Petikan do’a di atas sudah menjadi seruan dibaca hampir di seluruh masjid dan mushola yang melaksanakan sholat berjamaah 5 waktu setiap rakaat terakhir membaca do’a qunut nazilah, memohon supaya dari timur sampai ke barat, secara estafet terus memohon dihindarkanlah dari berbagai musibah dan marah bahaya. Do’a estafet itu terus bergetar samar dan terang menghiasi pagi, siang, sore dan malam. Alhamdulillah bumi, langit, gunung dan Corona menyambut dengan memberi salam.
Berita tentang kematian akibat virus Corona terus bertambah, bahkan Indonesia termasuk prosentase tinggi karena sekitar 7-10 persen dari jumlah warga yang sudah positif terjangkit Corona. Jumlah kasus virus corona di Indonesia kembali mengalami peningkatan. Berdasarkan data terbaru per Sabtu (11/4/2020 pukul 12.00 WIB, jumlah infeksi Covid-19 mencapai 3.842.
Ada peningkatan sebanyak 330 kasus dari hari sebelumnya.
Kemudian, jumlah pasien sembuh menjadi 286 orang atau bertambah 4 orang dari hari Jumat (10/4/2020). Sementara itu, pasien meninggal pun bertambah 21 orang. Jadi, jumlah pasien Covid-19 yang meninggal di Indonesia adalah sebanyak 327.
Adapun kasus-kasus ini telah terdeteksi di seluruh provinsi di Indonesia. Namun demikian, kasus terbanyak masih tercatat di wilayah DKI Jakarta, disusul Jawa Barat, Banten, dan Jawa Timur.
Sayub-sayub dari kejauhan Corona sudah mulai memberi salam dengan meninggalkan jejak-jejak dan tanda-tanda menggembirakan, mau berhenti menyebarkan virus di bumi Indonesia lebih dahsyat karena do’a muslimin dan muslimat serta do’a mereka yang teraniaya begitu khusyu’. Mau berpamitan, tentu harus ditunggu dengan sabar karena ada proses. Dan dalam waktu penantian itu, empat gunung di Jawa dan Sumatera memberi salam dengan “Salam Corona”, keempat gunung itu erupsi di daerah sekitar, mereka batuk seperti tanda-tanda terjangkit Corona, juga bersin agak jauh seperti juga tanda-tanda Corona. Gunung pun kena Corona.
Dikabar sejumlah media dan televisi, empat gunung terpantau erupsi hari ini, Sabtu (11/4/2020). Dilihat dari peta Magma Indonesia, tampak Gunung Merapi, Gunung Semeru, Gunung Anak Krakatau dan Gunung Kerinci mengeluarkan magma.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ( ESDM) Kasbani mengatakan, erupsi yang terjadi di Gunung Merapi sudah terjadi sejak kemarin, Jumat (10/4/2020).
Gunung Merapi yang erupsi pada 10 April 2020 pukul 09.10 WIB. Di laporkan, Merapi erupsi dengan tinggi kolom abu teramati 3.000 meter di atas puncak atau 5.968 meter di atas permukaan laut.
Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat laut. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 75 mm dan durasi ± 1 menit 43 detik.
Sementara, Gunung Anak Krakatau juga erupsi sejak kemarin malam, pukul 22.35 WIB. Erupsi Gunung Anak Krakatau melontarkan kolom abu hingga 500 m di atas puncak. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal condong ke arah utara. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 40 mm dan durasi ± 38 menit 4 detik.
Dari pantauan PVMBG terlihat bahwa letusan terus berlangsung sampai Sabtu pagi (11/4/2020) pada pukul 05.44 WIB.
Erupsi Gunung Anak Krakatau ini bersifat strombolian, artinya, letusannya sangat kecil dan Gunung Semeru erupsi hampir terjadi setiap hari. Namun, tinggi kolom abu hanya 200 hingga 300 meter saja.
Sementara, Gunung Kerinci, kata Kasbani, juga memiliki karakteristik yang sama dengan Semeru. Kadang-kadang memang erupsi tapi kecil-kecil saja. Keempat gunung-gunung itu level waspada.
Empat Gunung itu tidak berlebihan “seperti kena wabah Corona”, keempatnya “batuk dan bersin” sehingga masuk katagori PDP (pasien dalam pengawasan), ada juga yang masuk ODP (orang dalam pengawasan), dalam istilah Corona.
Oleh karena itu, do’a estafet kita harapkan terus bergetar dari komat kamit para imam di masjid dan mushola, yang diamini jutaan jamaah, juga dari mana saja, yang penting wabah atau musibah Corona segera berakhir (mudah-mudahan sebelum puasa Ramadan) sudah menunjukkan tanda-tanda akan pamitan kembali berdzikir di alamnya.
Dan salam dari gunung-gunung dengan tanda-tanda “batuk dan bersin” seperti terkena Corona hanya memberi isyarat saja bahwa istighfar (astaghfirullah/mohon maupun kepada Allah SWT) terus digetarkan dari komat kamit kesucian bibir umat dalam memohon kepada Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa, untuk membebaskan dan menghindarkan negeri dari musibah lebih besar dan lebih dahsyat, menjadi musibah sebagai sebuah peringatan saja. Sebagai petunjuk kepada semua pihak agar kembali ke jalan kebenaran dan kesucian. Menjaga dan mengawal kejujuran dan keadilan, di atas segala-galanya. Walaupun kekuasaan dunia memberi iming-iming, tekanan dan godaan harta benda serta kekayaan yang terus menari-nari di atas pelupuk mata para penguasa.
Mari kembali menyeimbang bumi dan langit beserta isinya dengan kembali ke kesucian diri dan menjaga serta mengawal kesucian umat. Mari mendo’akan para penguasa tidak lupa, tetapi selalu waspada dan menjaga marwah. Bahwa bekal terbaik di dunia hingga akherat kelak adalah menjaga keseimbangan nafsu dan kesombongan, tunduk mengikuti kekuatan syukur dan sabar. InsyaAllah musibah apa saja segera menjauh dan menghindar seperti lupa. (@)