Nabi Muhammad SAW, dalam beberapa kali kesempatan bersabda, bahwa berbakti kepada ibu disebutkan sebanyak 3 kali, kemudian berbakti kepada bapak (ayah), artinya bahwa perhatian seorang anak manusia, diperintahkan memperhatikan ibunya lebih dulu juga lebih diprioritaskan.
Tentu saja dengan perhitungan secara akal bahwa ibu ditakdirkan dengan kodrat menjadi manusia pendidik sejati dan pejuang sejati, tetapi sebagai perempuan tentu saja lemah dalam banyak hal. Sedangkan bapak sebagai pejuang penjaga semua kekuatan dalam kehidupan.
Sabda Rasululloh SAW, ’’Barangsiapa yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, niscaya ia akan dipanggil dari , pintu-pintu surga: ‘Wahai hamba Allah, ini adalah kebaikan. Siapa orang yang giat mengerjakan shalat, ia akan dipanggil dari pintu shalat. Siapa yang termasuk orang yang berjihad, ia akan dipanggil dari pintu jihad.
Siapa orang yang rajin berpuasa, ia akan dipanggil dari pintu ar-Rayyân. Dan barangsiapa termasuk orang yang gemar bersedekah, maka ia akan dipanggil dari pintu sedekah.’’ (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam kesempatan berbeda Rasululloh SAW bersabda; .’’Orang tua adalah pintu surga yang paling baik. Kalian bisa sia-siakan pintu itu atau kalian bisa menjaganya” (HR. Tirmidzi).
Sesungguhnya sebaik-baiknya pintu yang menjadi wasilah masuknya seseorang ke dalam surga, juga menjadi wasilah bagi anak manusia untuk mendapatkan derajat yang tinggi ialah dengan menaati orangtua dan merawat di sampingnya.’’
Membahagiaan ibu juga adalah perintah Agama. Dikisahkan, seseorang datang kepada Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, ’’Aku akan berbai’at kepadamu untuk berhijrah, dan aku tinggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan menangis’’. Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “’’Kembalilah kepada kedua orang tuamu dan buatlah keduanya tertawa sebagaimana engkau telah membuat keduanya menangis’’. (Shahih : HR. Abu Dawud).
Menunggu Perjuangan
Ibu dan perempuan sudah mendapat derajat begitu tinggi sebagaimana perintah Allah SWT dalam Al-Qur’an dan Nabi Muhammad dalam As-Sunnah (Al -Hadits), dan pada peradaban modern, ibu dan perempuan sudah mendapat kepercayaan menjadi pemimpin umat sebagai gubernur, walikota, buptai, bahkan menteri juga di berbagai lembaga tinggi negara, juga di lembaga penegakan hukum maupun lainnya.
Harapan untuk ibu? Tentu saja minimal sama dengan derajat yang diberikan Allah SWT dan Rasulnya, bahwa kodrat ibu sebagai pendidikan dan pejuang sepanjang masa, sepanjang kehidupan, kita tunggu ketika menjadi pemimpin selalu mewujudkan dalam perjaungan nyata, dan hasil yang nyata pula.
Dalam catatan sejarah kepemimpjnan perempuan atau ibu di Indonesia,(maaf) ,masih ada yang terjerat kasus korupsi atau sejenis, sehingga harus mempertanggungjawabkan di depan hukum? Sebagai refleksi dan kontemplasi di Hari Ibu, sejarah kelam pemimpin perempuan atau ibu terjerat kasus, semoga berhenti sampai disini.
Dan harapan ke depan, dari pemimpin seorang ibu, sama seperti ketika menjadi ibu di rumah tangga, mengantarkan anaknya sampai peripurna dengan segala daya dan upaya yang hebat bermartabat. Demikian juga ketika memimpin sebagai gubernurm walikota, dan bupati juga menteri atau jabatan publik lain, mengantarkan dengan paripurna.
Menunggu perjuangan pemimpin seorang ibu memang tidak mudah, tetapi dengan takdir juga kodrat mendapat stempel sebagai pejuang sepanjang kehidupan, juga sebagai pendidik sepanjang masa, maka insysAllah ibu dan perempuan ketika mendapat kepercayaan sebagai pemimpin akan melahirkan generasi yang hebat bermatabat, juga menjadikan rakyat dan masyarakar secara menyeluruh kehidupan sejehatera yang berkeadilan, serta mengantarkan paripurna dalam menjaga kehidupan yang beroklah dalam kerangka berbangsa dan bernegara. Sealamat Hari Ibu. (*)