Opini  

Refleksi Maulid Nabi Muhammad SAW dan Hari Pahlawan

Oleh : Djoko Tetuko

Refleksi Maulid Nabi Muhammad SAW dan Hari Pahlawan
Djoko Tetuko

Waktu itu, pasukan Inggris telah menduduki Medan, Padang, Palembang, Bandung, dan Semarang lewat pertempuran-pertempuran dahsyat. Sedangkan kota-kota besar di kawasan timur Indonesia telah diduduki oleh Australia. Pasukan Inggris lalu masuk ke Surabaya pada 25 Oktober 1945, berkekuatan sekitar 6.000 orang yang terdiri dari serdadu jajahan India. Di belakangnya membonceng pasukan Belanda yang masih bersemangat menguasai Indonesia.

Perlawanan 

Perlawanan kultural terhadap pemerintah kolonial Belanda, berhasil membentuk kiai dan santri-santrinya menjadi lapisan masyarakat bangsa Indonesia yang sangat anti penjajah, Pada gilirannya, sikap anti penjajah ini memberikan sumbangan yang sangat besar pada perjuangan menuju Indonesia merdeka.

Perlawanan kultural itu terus tumbuh dan berkembang menjadi keyakinan di pondok pesantren dengan kekuatan kiai dan para santri bahwa melawan kemungkaran dan kebatilan, sebagaimana dilakukan para penjajah selama ini, akan mendapatkan tempat terhormat dan insyaAllah selalu dalam petunjuk dan pertolongan Allah Ta’ala.

Bahkan kalangan kiai dan santri NU, sejak jaman penjajahan menolak sistem pendidikan Belanda dan cara berpakaian meraka karena menjaga marwah berbangsa dengan sungguhs-sungguh, juga menjaga kedaulatan negara Indonesia dengan terus menerus melakukan perlawanan dengan berbagai cara dan upaya.

Bahkan ketika  Jepang mewajibkan agar bangsa Indonesia mengikuti pendewaan terhadap Kaisar Jepang Tenno Haika dengan cara membungkukkan badan ke arah Timur pada waktu-waktu tertentu, NU langsung menyatakan penolakannya. Seperti juga semua orang Islam, pendewaan kepada selain Allah, dipandang sebagai perbuatan syirik oleh NU.

Hasyim Asy’ari secara terbuka menyatakan penolakan itu. Pengaruhnya yang besar menghantarkan kiai pendiri NU ini dijebloskan Jepang ke dalam tahanan. Saikerei yang diwajibkan kepada bangsa Indonesia menjadi api yang membakar perlawanan umat Islam. Adalah KH. Zaenal Musthofa dari Singaparna, seorang anggota NU, kemudian mengangkat senjata. Sebuah perlawanan bersenjata pertama kali terhadap Jepang.

Resolusi Jihad Semakin Punah

Pada 21 Oktober 1945, telah berkumpul para kiai se-Jawa dan Madura di kantor ANO (Ansor Nahdlatul Oelama). Setelah rapat darurat sehari semalam, maka pada 22 Oktober dideklarasikan seruan jihad fi sabilillah yang belakangan dikenal dengan istilah “Resolusi Jihad”. Sejarawan Belanda Bruinessen mengakui, Resolusi Jihad ini tidak mendapat perhatian yang layak dari para sejarawan.

Dari perspektif historis, banyak orang-orang NU sendiri yang tidak mengerti posisi sejarah Resolusi Jihad. Sangat disayangkan, Resolusi Jihad yang diperankan NU termaginalisasi, bahkan terhapus dari memori sejarah bangsa. Itu akibat pergulatan dan manuver politik, ada upaya-upaya dari kelompok tertentu yang ingin menggusur NU dari dinamika percaturan politik kebangsaan.

Namun sayang, tak dipungkiri, semangat ke-jam’iyyah-an NU di kalangan generasi muda kini semakin merosot. Pada lingkup internal, banyak kader-kader muda NU yang tidak mengerti rangkaian sejarah Resolusi Jihad. Survei membuktikan, ingatan masyarakat tentang Resolusi Jihad NU 1945 yang memiliki mata rantai dengan Peristiwa 10 November di Surabaya semakin punah.

“Oleh karena itu, wacana Resolusi Jihad NU harus dihidupkan kembali, direkonstruksi dan tidak ditempatkan pada upaya politisasi sejarah. Tanpa Resolusi Jihad, tidak akan ada NKRI seperti yang kita cintai saat ini,” kata Gugun El-Guyanie, penulis buku Resolusi Jihad Paling Syar’i.

Resolusi Jihad sudah diberi tetenger dengan peringatan Hari Santri Nasional, peringatan 10 Novemver sebagai Hari Pahlawan sudah membudaya, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, sebagian umat Islam di Indonesia memperingati dengan hati dan naluri, hanya ingin membaca salawat dan memberikan rasa hormat kepada Nabi Muhammad sebagai manusia yang istimewa.

Menjadi tauladan dunia dalam segala hal, tauladan dunia itulah terus menerus menjadi pemantik umat Islam dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad untuk selalu dihidupkan kembali dari masa ke masa. Alhamdulillah jika Allah SWT menurunkan pahlawan berakhlak mulia, di jaman modern ini. (*)