”Ya baru saja diundang ICCN (Indonesia Creative Cities Network), kita paparkan soal prinsip-prinsip kreatif mengembangkan daerah. Kira-kira ada 20 prinsip kreatif,” ujar Anas di Banyuwangi, Sabtu (7/9).
“20 prinsip kreatif itu ya kira-kira hasil rangkumanlah dari perjalanan menjadi bupati Banyuwangi. Program berhasil, program kurang sukses, semuanya kita cari benang merahnya. Lalu ada 20 prinsip kreatif itu,” imbuh Anas.
Anas mengatakan, 20 prinsip kreatif itu bisa dikluster dalam tiga bagian besar, yaitu inovasi, pemasaran daerah, dan kepemimpinan. Dalam bagian inovasi, terdapat enam prinsip kreatif. Di bagian pemasaran daerah ada tujuh prinsip kreatif. Adapun di bagian kepemimpinan ada tujuh prinsip.
Enam prinsip kreatif dalam bagian inovasi antara lain prinsip paradoks, daya saing, mencipta, ATM (amati, tiru, modifikasi), fokus, dan proaktif. “Prinsip kreatif paradoks, misalnya kita ubah Puskesmas dari pelayanan orang sakit menjadi mall orang sehat. Lalu kita coba ubah bukan semata-mata PAD, tapi program untuk penggerak PDRB,” ujarnya.
Anas mencontohkan, dalam prinsip fokus, yang dilakukan adalah ”semakin terbawah, maka semakin menjadi prioritas teratas”. ”Sehingga lahir program Rantang Kasih yang mendistribusikan makanan gratis setiap hari untuk lansia miskin, uang saku dan tabungan untuk pelajar dari keluarga kurang mampu, dan sebagainya,” jelas Anas.
Lalu tujuh prinsip kreatif di bidang pemasaran adalah prinsip semua pemasar, produk, reposisi, endorser, moment of truth, kearifan lokal, dan branding. Anas menyebut prinsip-prinsip itu sebagai ”anti-mainstream marketing”.
”Misalnya prinsip semua pemasar, kami memosisikan semua dinas adalah dinas pariwisata. Ini bukan berarti sektor lain tidak diurus, tapi soal pengemasan. Misalnya, Dinas Pertanian tetap mengurusi pengembangan pertanian, tapi kemudian difestivalkan. Ini ada kaitannya dengan prinsip produk, yaitu semua lokasi adalah destinasi dan semua program adalah atraksi. Maka lahir agrotourism yang dikembangkan Dinas Pertanian,” jelas Anas.