Gerakan Suluh Kebangsaan diketahui membuat perencanaan skenario untuk menghadapi gerakan radikalisme di Indonesia melalui FGD. Dengan adanya skenario itu, harapan gerakan ini adalah negara dapat mengimbangi paham radikalisme yang dipandang semakin menyebar di tengah masyarakat Indonesia.
“FGD diikuti tidak lebih dari 15 orang pakar di bidangnya masing-masing. Pakar di bidangnya masing-masing untuk membuat skenario planning dalam rangka menghadapi radikalisme,” ucap Mahfud.
Dia menyebut, radikalisme dalam konteks ini ialah suatu gerakan yang ingin mengganti sistem dan ideologi yang sudah mapan dan disepakati bersama di Indonesia dengan cara-cara yang nirdemokratis. Gerakan Suluh Kebangsaan disebutnya menolak perubahan dengan cara demikian.
“Apakah kita antiperubahan? Tidak. Kita sadar perubahan itu harus dilakukan. Tapi perubahan kita adalah perubahan gradual. Sistem sudah mantap diperbaiki, berdasar sistem itu, yaitu sistem negara kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila,” tutur Mahfud.
Diskusi ini dihadiri sejumlah tokoh. Di antaranya, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir; Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia, Komaruddin Hidayat; hingga cendekiawan Katolik, Romo Benny Susetyo. (*wt)