JAKARTA – Ekonomi Indonesia hingga semester pertama 2019 masih dalam tekanan. Contoh kasusnya adalah ekspor dan impor hingga Semester I tahun 2019 masih turun dan defisit neraca perdagangan juga membesar.
Data menunjukkan, ekspor pada Semester I 2018 mencapai 87,86 miliar dollar AS, turun menjadi 80,32 miliar dolar AS pada Semester I 2019, atau turun 8,57 persen. Impor Semester I 2019 juga turun. Dari 89,05 miliar dolar AS pada Semester I 2018 menjadi 82,26 miliar dolar AS pada Semester I 2019, atau turun 7,63 persen.
Anggota Komisi VII DPR RI Fadel Muhammad menyoroti penurunan neraca tersebut harus menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah, khususnya Menteri Keuangan. Ia pun sudah banyak mendengar dari masyarakat industri bahwa terjadi penurunan permintaan serta kesulitan import dibidang pertambangan.
“Kami di Komisi VII mendapatkan banyak laporan dari pada masyarakat industri dalam bidang pertambangan bahwa terjadi penurunan permintaan, kemudian adanya kesulitan untuk impor padahal kebutuhan sangat besar dalam negeri.
Ternyata ada masalah yang Presiden katakan di media bahwa neraca minyak dan gas bumi itu negatif, maka dibatasi,” ujar Fadel usai mengikuti Kunker Reses Komisi VII DPR RI mengunjungi Depot Shell Indonesia di Kalimantan Selatan.
Politisi Partai Golkar tersebut menyoroti bahwa kesalahan terbesar adalah neraca perdagangan Indonesia itu digabungkan antara minyak dan gas bumi dengan produk-produk lain.
“Pada waktu dulu benar pada zaman Orde Baru, zaman kita masih mengekspor minyak. Kalau sekarang kita net impor kapanpun juga, sampai kapan kita negatif terus,” ujar Fadel