Ia menunjuk contoh di Jepang yang semua bisa lihat kalau ada gempa, sirine tidak berbunyi ya tenang-tenang saja, makan-minum tetap makan-minum. Tapi begitu sirine bunyi, lanjut Presiden, maka larinya arahnya ke mana sudah jelas semuanya dan rute jalur evakuasi jelas semuanya.
“Ini nanti juga yang harus dikerjakan oleh BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) dan BMKG, sehingga menjadi jelas semuanya. Dan… daerah dan pemerintah pusat, kita kerjakan bersama-sama. Sehingga setiap kejadian atau akan ada sebuah potensi kejadian, antisipasinya jelas, step-step tindakannya juga jelas, bukan bingung setelah ada kejadian,” tutur Jokowi.
Meskipun sudah banyak melakukan inovasi-inovasi, Presiden Jokowi juga mengingatkan, bahwa ke depan memang harus banyak hal yang harus diperbarui di BMKG peralatannya. Tetapi juga kalau sudah beli, sudah dipasang, Presiden meminta agar dilihat, dikontrol, dicek terus.
“Jangan sampai baru dipasang 2 hari barangnya hilang. Baru pasang seminggu udah enggak ada barangnya,” tegasnya.
Kepala Negara menyarankan, agar tidak terulang kembali kejadian-kejadian seperti itu, maka titipkan sajalah (alat-alat pemantau) kepada aparat keamanan setempat bahwa ini adalah barang yang sangat penting sekali untuk memantau kerawanan bencana, baik itu longsor, baik itu tsunami, baik itu gempa bumi. Sehingga semuanya ikut menjaga.
“Rakyat menjaganya, masyarakat menjaganya, aparat kita juga ikut menjaganya. Karena banyak juga yang enggak tahu, barang apa enggak ngerti,” tutur Presiden seraya berpesan agar ditulisi yang gede-gede juga “Sangat Penting” agar bisa dijaga bareng-bareng.
Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Menko Kemaritiman Luhut B. Pandjaitan, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya, Menteri Kesehatan Nila F. Moelok, Menteri Perhubungan Budi K. Sumadi, Kepala BNPB Doni Monardo, dan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. (wt)