Jember – Di hari ke tiga, rombongan Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Tsunami 2019, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tiba dan memulai kegiatan di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Minggu (14/7/2019). Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga jam dari Pantai Boom, Banyuwangi, rombongan singgah di Kantor Kecamatan Puger, Jember untuk mengisi ‘Sosialisasi dan Penguatan Aparatur Desa dan Kecamatan’ di Wilayah Kabupaten Jember.
Sosialisasi tersebut dihadiri oleh 12 perwakilan perangkat desa dan relawan serta aparat yang terlibat. Sedangkan sosialisasi diisi oleh perwakilan dari Badan Meteorologi Meteorologi dan Geofisika (BMKG), BNPB, Akademisi dari Universitas Gadjah Mada dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.
Usai sosialisasi, rombongan Ekspedisi Destana 2019 menyebar ke 12 desa di enam kecamatan untuk memberi penyuluhan edukasi bencana. Ke 12 Desa tersebut di antaranya; Paseban, Cakru, Kraton, Kepanjen, Mayangan, Mojomulyo, Mojosari, Lojejer, Sumberejo, Sabrang, Andongrejo, dan Curah Nongko.
Dari 12 desa tersebut, Tim Humas BNPB mengikuti penyuluhan edukasi bencana bersama Tim SAR Rimba Laut di Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Menurut Tim SAR Rimba Laut, Desa Sumberejo dinilai memiliki potensi ancaman bencana alam paling tinggi di Kabupaten Jember, khususnya gelombang besar, gempa dan tsunami. Gelombang besar sendiri bahkan sudah menjadi agenda rutin wilayah laut selatan setiap bulan Agustus hingga September.
Desa Sumberejo memang menghadap langsung ke Samudera Hindia. Topografi alamnya yang unik dan berupa teluk, menjadikan desa ini memiliki potensi wisata yang terkenal seperti Pantai Panyangan, Teluk Love dan Pantai Pancer Puger.
Keindahan Teluk Love sendiri menjadi magnet para wisatawan lokal maupun nasional. Setiap akhir pekan rata-rata sekitar 3000 wisatawan datang berkunjung ke Teluk Love tersebut.
Banyaknya wisatawan setiap akhir pekan menjadi berkah bagi pengelola warung makan, jasa toilet umum dan pengelola parkir kendaraan di kawasan Pantai Payangan. Namun hal itu berbanding terbalik bagi relawan Tim SAR Rimba Laut. Akhir pekan, berarti beban tanggung jawab meningkat.
Eksotisme Teluk Love juga menyimpan catatan buruk. Sejak dibuka oleh pihak desa tiga tahun lalu, Teluk Love sering memakan korban. Kebanyakan mereka adalah wisatawan yang nekat berenang meski Tim SAR sudah memberi larangan.