Dua tahun kemudian, FIM ditugasi ke Purwokerto bersama Wijoyo Hartono dan Kholiq Arif yang dua priode jadi Bupati Wonosobo, Jateng. Untuk memperkuat koran Serayu, anak perusahaan JP. Hingga berubah menjadi harian Radar Banyumas.
Dari Banyumas balik ke Malang, membidani lahir kembali koran Malang Post (MP). Bersama Imawan Mashuri, Husnun Djuraid, Sugeng Irawan, Sri Nugroho, FIM bahu membahu membesarkan MP yang ketika itu kantor redaksinya nempel di garasi kantor JP Jln Arjuno. Hingga tahun 2002 MP pindah satu kompleks dengan kantor property milik Eddy Rumpoko (ER) yang juga Komut MP waktu itu.
Di pertengahan tahun 2002, FIM pensiun dini dari JP. Lepas dari JP, FIM diajak bekerja oleh Edy Antoro (EA) owner Kusuma Agro Wisata (KAW), Batu. “EA sahabat sejak mahasiswa di Jember tahun 78. Di KAW saya diberi jabatan Direktur SDM dan Public Relationship,” jelasnya.
Bertahan hanya dua tahun, pada 2004 FIM diminta oleh karibnya Arif Affandi yang menjabat Wawali Surabaya sebagai Spri. Sambil jadi Spri Wawali, FIM membidani lahirnya tabloid Olahraga GreenForce yang kantor redaksinya di PWI kini digunakan redaksi ProM.
Dari perjalanan profesi wartawan yang cukup panjang dan sempat bekerja di dunia wisata, lalu bakal meniti dunia politik praktis, visi misi FIM ingin membangkitkan kejayaan sektor perkebunan dan pertanian. “Negeri kita dikenal dunia negara agraris. SDA-nya subur,” ungkap FIM sambil mengutip syair lagu Koes Plus: Tongkat kayu pun jadi tanaman.
FIM bertekad, bila terpilih jadi anggota DPRD, akan membela kepentingan rakyat. Karena, kesejahteraan rakyat tolok ukur kemajuan negara. “Mohon doa restu dan dukungannya. Khususnya warga Sidoarjo, jangan lupa hari Rabu 17 April tahun depan, pilih no 12 PAN coblos no 5 gambar saya,” pinta FIM. (wt)