Para peserta didik merasa bersyukur bahwa kemampuan dan keterampilannya bertambah sebagai modal mencari pekerjaaan nanti.
“Sebelumnya saya tidak bisa apa-apa. Setelah mengikuti program ini, saya sudah bisa menjahit,” kata seorang perempuan berusia 30 tahun yang ditemui di sela-sela mengikuti pelatihan menjahit celana pria.
Seorang peserta didik perempuan lainnya yang juga tidak bersedia menyebutkan nama dan asalnya itu mengaku senang bisa mengikuti program yang difasilitasi pemerintah tersebut.
“Saya setiap hari Sabtu pulang untuk menengok anak saya. Minggunya sudah balik lagi ke sini,” tutur peserta didik yang memiliki seorang anak itu.
Kepala Kamp Vokasi Kota Kashgar, Mijiti Meimeiti, menyebutkan bahwa di lembaga yang dipimpinnya itu saat ini terdapat 2.000 anak didik yang kebanyakan beretnis Uighur dengan usia 20 tahun hingga 30 tahun itu.
Lembaga yang berdiri di atas lahan seluas 16 hektare tersebut mulai beroperasi pada pertengahan 2017. Pemerintah China mengklaim lembaga itu dibentuk sebagai upaya menghindarkan pengaruh ekstremisme.
Menurut penjelasan pengelola, para peserta didik belajar Bahasa Mandarin, Undang-Undang Dasar, dan keterampilan sesuai peminatan, serta kesenian tradisional etnis Uighur.(*/ais)