Pileg Menang, Pilpres Menang, dengan Cara Kosgoro 1957

Pileg Menang, Pilpres Menang, dengan Cara Kosgoro 1957
Drs Yusuf Husni Apt

Karena itu, Kosgoro Jatim punya peran sendiri dalam konstelasi politik di tahun Pemilu ini. Tidak mungkin kita bicara Pilpres menang, tapi ternyata mesin partai tidak bisa berjalan. Karena itu, Kosgoro meminta dispensasi pada Golkar untuk bermain dengan cara Kosgoro sendiri. Pileg menang, Pilpres menang, tentu dengan cara Kosgoro. Kosgoro Jatim punya peran strategis dalam Pemilu 2019. Kami punya komitmen melakukan konsolidasi dengan seluruh jajaran di Jatim, baik dalam Pilpres serta membesarkan dan memenangkan Partai Golkar di Pemilu 2019.

Bagaimana dengan perjuangan kader?

Kami punya bidang garapan spesifik, yakni bidang perekonomian dan peningkatan kualitas SDM yang implementasinya dalam bentuk pendidikan. Perekonomian digarap, dunia usaha dari berbagai bidang usaha dan koperasi. Misalnya, Kosgoro sedang menggarap perkebunan tebu seluas 3.000 hektar yang tersebar di Bojonegoto, Tuban, Lamongan, Jombang, Nganjuk, dan Madiun. Dengan sentuhan bidang garapan ini, akan menimbulkan dampak politik yang positif bagi masyarakat sekitar lahan perkebunan tersebut. Ini salah satu contoh peran Kosgoro untuk meningkatkan elektabilitas partai Golkar.

Pun dalam konsolidasi, sudah berjalan di 38 kabupaten/kota, dan punya badan dan lembaga. Yakni, Gerakan Perempuan Kosgoro, Himpunan Mahasiswa Kosgoro, Barisan Muda Kosgoro, Himpunan Pengusaha Kosgoro, LBH Kosgoro. Semua bergerak sesuai bidangnya, dan bukan ke politik. Namun, semua pada akhirnya berdampak politik.

Tentang kader Kosgoro yang nyaleg?

Kosgoro punya kepentingan besar untuk bisa mewarnai. Dalam praktik politik praktis, sudah menyiapkan kader dengan jumlah besar. Yakni, untuk Caleg Provinsi 33 orang, dan caleg di kabupaten/kota sebanyak 205 orang. Dengan harapan, Kosgoro mampu mewarnai perilaku politik partai Golkar. Mewarnai, menjaga marwah partai Golkar. Ini bentuk konsekuensi politik sebagai salah satu pendiri Golkar.

Bagaimana kualitas demokrasi saat ini?

Saya melihat, tingkat partisipasi politik semakin rendah. Kenapa? Karena rakyat belum bahkan tidak memahami bahwa dia pemilik kekuasaan dan kekayaan. Rakyat itu pemilik kekuasaan dan kekayaanj di alam Negara demokrasi. Dan dalam pemilu, itu penawaran parpol kepada rakyat untuk memilih calon yang bakal mengelola pemerintahaan dan kekayaan alamnya. Persoalan muncul, kualitas demokrasi Indonesia dan pemilu sebelum-sebelumnya bukannya meningkat, tapi malah menurun. Padahal, dalam Pemilu rakyat akan mengerahkan tiga kekayaannya di APBD dari kabupaten/kota, provinsi, dan pusat.

Dengan alasan inilah, Kosgoro akan mempertahankan eksistensi untuk Partai Golkar di hadapan rakyat. Tentunya dengan mengerahkan segala potensi yang ada. Kembali, bahwa Kosgoro sebagai salah satu pendiri Partai Golkar, Kosgoro juga punya tugas untuk menjaga eksistensi partai Golkar, sekaligus memenangkan Golkar di Pileg dan Pilpres 2019. (wetly ha aljufri)