Tajuk  

Ahli Pers Kebutuhan Memurnikan Informasi Sehat

Oleh : Djoko Tetuko, Pemimpin Redaksi Wartatransparansi

Ahli Pers Kebutuhan Memurnikan Informasi Sehat
H. Djoko Tetuko Abdul Latief

 

Ketua Dewan Pers Prof Muhammad Nuh ketika menyampaikan materi “Upaya dan Strategi Dewan Pers Menjaga Kemerdekaan Pers”, Kamis (10/6/2021), menekankan bahwa kedepan sudah masuk pada era ekosistem digital.

Namun pertanyaan besar bahwa hingga saat ini belum ada jaminan menjaga kualitas produk media pers, sudah mampu menyeimbangkan “logika, etika, dan estetika”. Apalagi produk bukan media pers dengan memanfaatkan teknologi digital dan internet menyebarluaskan berbagai informasi dengan kebenaran dan keadilan masih diragukan.

Ketua MPR Bambang Soesatyo, Jumat malam (11/6/2011) saat  menyampaikan materi pada penyegaran dan pelatihan ahli pers Dewan Pers di Solo, menyatakan bahwa kebebasan mengeluarkan berpendapat, berbicara dan menyampaikan aspirasi pada dewasa ini sangat memprihatinkan dan mengkhawatirkan. Bahkan meresahkan.

Mengapa? 270 juta penduduk Indonesia bisa jadi wartawan dadakan. Kalau berita atau informasi itu benar dan bagus, bisa membantu menyebarkan informasi bermanfaat ke masyarakat. Tetapi kalau hoax dan rekayasa, jelas sangat membahayakan. Inilah hal yang sangat memprihatinkan dan meresahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Keprihatinan menghadapi tantangan
kedepan itulah ahli pers sangat dibutuhkan memberikan pernyataan keahliannya untuk memurnikan informasi yang sehat.

Sebab, kebebasan informasi, karya jurnalistik akan
beradu dengan para penggiat media sosial. Mengingat sekarang setiap orang bisa menjadi wartawan dan menyebarluaskan informasi setiap saat. Sama dengan kinerja wartawan.

Diketahui, Dewan Pers menggelar
“Penyegaran dan Pelatihan Ahli Pers Dewan Pers tahun 2021”, 10-13 Juni 2021, di Monumen Pers Nasional, Solo, Jawa Tengah.

Salah satu keprihatinan dan keresahan sangat mendalam, dimana pada saat bangsa dan negara menghadapi masa pandemi masih ada 1.402 informasi hoax terkait Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).