Opini  

Salomi Bangsa Bermartabat

Salomi Bangsa Bermartabat
Djoko Tetuko Abdul Latief

Oleh : Djoko Tetuko Abdul Latief (Pemimpin Redaksi Transparansi)

Sungguh hebat dan bermartabat, bahkan hampir tidak percaya bahwa seorang bernama Salomi Malaka asal Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT), menolak bantuan sembako dari pemerintah pusat. Salomi dengan begitu agung memegang teguh filosofi “tangan di atas lebih mulia, daripada tangan di bawah”.

Sungguh hebat bermartabat, bahkan hampir tidak percaya, bahwa di tengah-tengah jaman dimana sebagian warga berebut minta bantuan sosial, bahkan rela antri dan kepanasan bahkan juga kehujanan, hanya sekedar mendapat bantuan sosial berupa sembako, ketika wabah virus Corona merebak rebahkan ribuan bahkan jutaan manusia se dunia.

Masih ada seorang bernama “Salomi bangsa bermatabat” menolak bantuan sosial dengan gagah berani. Bahkan bersandar dengan 10 jari pemberian Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sungguh hebat bermartabat, bahkan hampir tidak percaya, bahwa pada jaman edan yang tidak edan tidak keduman (jaman gila yang tidak gila tidak dapat harta benda), ketika semua yang kaya semakin memperkaya diri, ketika yang miskin semakin memiskinkan diri, ketika banyak pejabat berebut berkat (makanan) walau masih kuat dan berstatus aparat.

Masih ada seorang bernama “Salomi bangsa bermatabat” menolak menerima bantuan sosial gratis, sambil meringis. Menangkis kikis bahwa orang desa  dianggap lemah dan tidak berdaya, tidak benar. Juga salah sasaran.

Sungguh hebat bermartabat, bahkan hampir tidak percaya bahwa ketika dunia heboh karena digoyang virus Corona, seluruh warga seakan-akan sudah menyerah kalah, bahkan sudah kehilangan semangat bekerja juga berkarya, apalagi dikurung dalam rumah. Yang di luar rumah sudah telanjur penjadi pengangguran lumayan lama.

Masih ada seorang bernama “Salomi bangsa bermatabat” menolak menerima bantuan sosial, karena masih sanggup bekerja juga berkarya. Terus bertani, berkebun dan terus berpenghasilan serta merasa kaya.

Sungguh hebat bermartabat, bahkan hampir tidak percaya bahwa ketika di kota besar dan kota kecil, tiba-tiba saja banyak gelandangan baru, juga pengangguran baru, karena sudah tidak mampu berbuat apa-apa. Dan setiap waktu hanya menunggu tamu sekedar membawa makanan untuk menyambung malu.

Masih ada seorang bernama “Salomi bangsa bermatabat” menolak menerima bantuan sosial karena merasa malu. Merasa tidak pantas karena masih mampu trengginas. Juga menjaga integritas.

Potret “Salomi bangsa bermatabat”, merupakan bangsa yang sudah turun temurun mendapat warisan dari pendiri bangsa di bumi pertiwi Indonesia, seluas nusantara raya, yang hebat dan selalu bersahabat. Berabad-abad kekayaan alam dirampas. Tidak pernah menyerah kalah, terus bekerja dan terus berkarya.

Potret “Salomi bangsa bermatabat”, ialah potret pejuang sepanjang masa. Tidak pernah menyerah dalam keadaan apa saja. Tidak pernah merasa lelah walau kekayaan alam, kekayaan bangsa dan negara, masih dijarah para penguasa. Terus bekerja dan terus berkarya.

Potret “Salomi bangsa bermartabat” ini, menolak bantuan sosial karena masih mampu bekerja dan berkarya.  Bahkan takut bantuan sosial itu salah sasaran. “Astaghfirullah …”.  “Alhamdulillah …Ya Alloh…”. Masih Engkau jaga orang-orang yang selalu mengalah dan terjaga. Sementara para penguasa dan yang berdandan jadi penguasa, berebut bantuan sosial, walau hukumnya menerima barang itu “haram”.

Potret “Salomi bangsa bermartabat” ini, tidak mau menerima bantuan dari pemerintah. Adalah potret di antara putra bangsa yang selalu menjaga Marwah, selalu menjaga jiwa dan raga, tidak menerima bantuan dari siapa saja , termasuk pemerintah ketika masih mampu bekerja dan berkarya.

Potret “Salomi bangsa bermartabat” ini, tidak mau menerima bantuan dari pemerintah. InsyaAllah menjadi suri tauladan, bagi anak-anak bangsa penerus kita semua,  bahwa dalam kondisi apa saja, tidak pernah berhenti bekerja dan berkarya.

Potret “Salomi bangsa bermartabat” ini,InsyaAllah menjadi contoh jutaan warga di negeri ini, masih mampu bersikap seperti “Salomi bangsa bermartabat”. Bahkan InsyaAllah di pelosok desa se nusantara, dengan penghasilan terbatas dan hidup apa adanya. Jutaan dari mereka seperti “Salomi bangsa bermartabat”, selalu bersyukur dan tidak pernah kufur.