Opini  

Tarawih Aroma Corona

Tarawih Aroma Corona
Djoko Tetuko Abdul Latief

Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang memenuhi kewajiban-kewajiban, yang memelihara salat, yang mengeluarkan zakat, yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang berpegang pada petunjuk, yang berpaling dari kebatilan, yang zuhud di dunia, yang menyenangi akhirat, yang rida dengan qadha-Mu (ketentuan-Mu), yang mensyukuri nikmat, yang sabar atas segala musibah, yang berada di bawah panji-panji junjungan kami, Nabi Muhammad, pada hari kiamat, yang mengunjungi telaga (Nabi Muhammad), yang masuk ke dalam surga, yang selamat dari api neraka, yang duduk di atas ranjang kemuliaan, yang menikah dengan para bidadari, yang mengenakan berbagai sutra ,yang makan makanan surga, yang minum susu dan madu murni dengan gelas, cangkir, dan cawan bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang terbaik. Itulah keutamaan (anugerah) dari Allah, dan cukuplah bahwa Allah Maha Mengetahui.

Ya Allah, jadikanlah kami pada malam yang mulia dan diberkahi ini termasuk orang-orang yang bahagia dan diterima amalnya, dan janganlah Engkau jadikan kami tergolong orang-orang yang celaka dan ditolak amalnya. Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya atas junjungan kami Muhammad, serta seluruh keluarga dan shahabat beliau. Berkat rahmat-Mu, wahai Yang Paling Penyayang di antara yang penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.”

Do’a di atas biasa dibaca setelah sholat tarawih, dan itu menjadi gemuruh suara “aamiin …, aamiin…, aamiin…” ketika jamaah sholat tarawih mengamini do’a saat dibaca imam atau petugas khusus. Dan begitu istimewa do’a ini seakan-akan penyatuan sholat berjamaah tarawih sudah satu kapal di rumah Allah SWT bersama-sama mendayung dengan bacaan kalimat thoyibah, juga dengan niat totalitas beribadah dan mengabdi. Sebagaimana Allah SWT berfirman; “Aku tidak menciptakan jin dan manusia, kecuali hanya untuk mengabdi”.

Pengabdian totalitas itu seluruh dunia, berubah hanya karena makhluk bernama Corona, sebuah virus sejak 200 tahun sebelum Masehi, kini tiba-tiba “menyapa” lagi dengan jalang dan manja, bahkan menjanjikan masuk surga. Karena petugas medis dan pekerjaan di tempat-tempat fasilitas umum, setelah sudah berusaha menjaga diri dengan APD (Alat Pelindung Diri), masih terinfeksi kemudian wafat, makanya dihukumi wafat dalam keadaan Sahid dan masuk surga.

Dan malam ini, menjadi tetenger paling menakjubkan dalam sejarah dunia. Dimana umat Islam se dunia, dengan tulus ikhlas tanpa kompromi, tanpa paksaan, tanpa perlawanan, mau tidak mau, suka tidak suka, harus menjalankan sholat tarawih “aroma Corona”. Sebab wabah virus Corona 2020 ini atau populer disebut Covid-19, maka kekhasan tradisi sholat tarawih di masjid-masjid dan mushola atau langgar (Jawa, pen) ditinggalkan. Sebagian besar menjalankan ibadah sunnah dan dilakukan dengan berjamaah sejak jaman Kholifah Umar bin Khattab itu, sekarang harus melakukan berjamaah dalam rumah berjamaah terbatas atau sholat sendiri-sendiri. Hampir sama ketika Nabi Muhammad memulai sholat tarawih di masjid Nabawi.

Sholat tarawih jaman Rasulullah Muhammad SAW, dilakukan lebih banyak sendiri-sendiri, dan hanya tidak lebih dari 5-7 kali dilakukan secara berjamaah, itupun tidak terus menerus dan konsisten (istiqomah) karena Nabi khawatir akan ditetapkan sebagai kewajiban bagi umatnya. Tetapi pernah dilakukan secara berjamaah dan sahabat Umar bin Khattab pernah mengikuti juga menyaksikan. Sehingga tahun ke-2 kekhalifahan, jaman kepemimpinan Kholifah Umar bin Khattab, ketika umat Islam kehilangan semangat beribadah dan kebersamaan dalam gerakan berjamaah yang begitu khusu’ dan ada nuansa jihad, maka sejak itulah sholat tarawih disunnahkan dengan berjamaah hingga saat ini.

Wabah virus Corona dengan perkiraan masih akan menyebar dan mengancam ribuan orang terineksi, ke seluruh penjuru dunia, juga seluruh pelosok nusantara, dengan kemungkinan puncak pandemi Corona pada bulan Juni hingga Juli 2020, maka Tarawih “Aroma Corona” mulai Kamis malam (23/4/2020), mengikuti fatwa MUI dan ketentuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dan tarawih beragam sesuai dengan zona pandemi virus Corona; zona merah sudah pasti seperti tidak ada lagi kenikmatan bulan puasa Ramadan ketika setiap malam terdengar sholat tarawih dan umat Islam seperti dihipnotis melakukan dengan penuh semangat dan aura penuh kenikmatan .