Oleh Dr. Muchamad Taufiq, S.H., M.H
Sebanyak 336 Pramuka Siaga (usia 7-10 tahun) mengikuti Pesta Siaga Gerakan Pramuka Kwarcab Lumajang. Kegiatan tahunan ini digelar di Bumi Perkemahan Glagaharum Senduro Lumajang Jawa Timur dengan dipadati 772 orang dewasa yang mengantar peserta didik. Pesta Siaga bagi peserta didik merupakan alat untuk membangun karakter anak-anak sejak dini agar mereka kelak “siap untuk hidup” dimasa mendatang. Kegiatan ini dibuka oleh Dr. Taufiq selaku Wakil Ketua Kwarcab Lumajang Bidang Organisasi dan Hukum.
Pesta Siaga kali ini menyajikan beberapa kegiatan menarik dan menantang. Jenis acaranya yaitu: Estafet Gambar, Scouting Skills yang diikuti 4 anak). Gembira Gerak dan Lagu Nasional dan Daerah. Taman Kepedulian Pramuka Siaga berupa aktivitas bersih lingkungan dan foto Bersama.
Keriuhan anak-anak yang dalam pendidikan formal duduk di kelas 4-6 Sekolah Dasar, sangatlah menggembirakan. Tanpa disadari, mereka sibuk dan larut dalam aktivitas permainan yang mengandung pendidikan (ajolly a game). Mereka belajar sambil melakukan (learning by doing) dalam kepramukaan. Semua peserta memperoleh Piagam Penghargaan yang diserahkan oleh Sujanar-Waka Binamuda. Hal ini semakin membuktikan pentingnya kepramukaan bagi anak-anak khususnya Gen-Z dan Gen Alpha.
Generasi setelah Gen Z adalah Generasi Alpha. Generasi Alpha adalah kelompok generasi yang terdiri dari individu yang lahir pada tahun 2010-2024. Mereka adalah generasi pertama yang lahir dan tumbuh dalam era digital yang sepenuhnya terhubung dengan teknologi, internet dan media sosial. Generasi Alpha atau yang dikenal juga sebagai ‘anak-anak milenium’ merupakan generasi termuda saat ini. Mengingat generasi ini masih berada di usia anak-anak, maka karakteristik umumnya masih belum terlihat jelas. Di masa mendatang generasi ini akan menjadi kelompok yang sangat besar dengan hak mereka sendiri.
Sama seperti dengan Gen Z, Generasi Alpha juga menjadi generasi yang melek teknologi dan lebih cerdas secara digital dari generasi sebelum mereka. Namun, hal tersebut tentunya dapat menjadi concern bagi orang tua. Pasalnya, dibutuhkan strategi khusus untuk mendidik anak-anak yang lahir pada generasi ini agar mereka menjadi anak yang mahir teknologi namun tetap menghargai nilai-nilai kekeluargaan.
Membangun nilai-nilai luhur dalam keluarga justru telah disiapkan dalam pendidikan kepramukaan (pendidikan nonformal) melalui tingkatan yang disebut Siaga.
Pendidikan kepramukaan dalam prakteknya selalu menggunakan kiasan dasar dengan romantika perjuangan bangsa. Tingkatan Siaga ini dilatarbelakangi era kebangkitan bangsa Indonesia dalam usaha merebut kemerdekaan yaitu 20 Mei 1908. Kelahiran Boedi Oetomo mewakili era semangat kesadaran untuk bersatu dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Semangat persatuan inilah yang menjadi filosofi Pramuka Siaga. Hal ini ditandai dengan warna dasar Hijau sebagai ciri khas alami.
Dikandung maksud bahwa Siaga adalah generasi yang masih belum memiliki pengalaman hidup sehingga harus banyak diberikan conto-contoh baik oleh orang dewasa taitu Pembina. Hal ini sesuai dengan konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara yaitu ing ngarsa sung tuladha.
Gerakan Pramuka sejatinya adalah alat bagi pemerintah untuk mencapai tujuannya yaitu penguatan karakter generasi muda. Sungguh luar biasa Gerakan Pramuka yang jelas-jelas menjadi wadah pesemaian yang subur bagi generasi mudanya melalui tingkatan peserta didik yang sudah jelas berdasarkan AD/ ART Gerakan Pramuka. Namun perlu diketahui bahwa kepramukaan sebagai “jobs” yaitu pengabdian bagi orang dewasa.
Gerakan Pramuka hadir sebagai unsur proses pendidikan nonformal, yaitu hadir mengisi kekosongan antara pendidikan informal (rumah) dan formal (sekolah). Betapa indahnya kepramukaan disajikan dalam sebuah proses interaksi antara anak muda (peserta didik) dengan orang dewasa (Pembina) untuk menjalani sebuah pengembaraan bersama, kegiatan yang berorientasi pada kesehatan diri secara utuh, beraktivitas dengan penuh kegembiraan dan saling bertanggung jawab.
Gerakan Pramuka sangat efektif bagi anak-anak dan pemuda. Khususnya Generasi Alpha di era AI, tetap relevan dan penting dengan beberapa penyesuaian dan keunggulan yang dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman. Pengembangan Soft Skills: Di tengah kemajuan teknologi dan otomatisasi, soft skills seperti kepemimpinan, kerja sama, komunikasi, dan empati menjadi sangat penting. Pramuka memberikan pelatihan intensif dalam soft skills yang tidak bisa digantikan oleh AI. Melalui kegiatan Pesta Siaga justru mampu menjawab kebutuhan anak di era sekarang.
Dalam hal keseimbangan Digital dan Fisik, Generasi Alpha tumbuh di lingkungan yang sangat terhubung secara digital. Pramuka menyediakan kegiatan luar ruangan yang membantu anak untuk sejenak menjauh dari layar dan mengembangkan keterampilan fisik, kesehatan mental, serta koneksi dengan alam. Di sisi lain kebutuhan kemampuan untuk adaptasi teknologi sangatlah mendesak. Pramuka bisa beradaptasi dengan memasukkan teknologi dalam kegiatan mereka. Ini bisa termasuk penggunaan aplikasi untuk navigasi, pelatihan online, dan program coding atau teknologi yang relevan dengan era digital.
Pendidikan karakter di era digital adalah sebuah keniscayaan. Dalam dunia digital yang sering kali anonim, pendidikan karakter yang ditekankan oleh Pramuka menjadi lebih penting untuk memastikan anak belajar memiliki integritas, tanggung jawab, dan etika yang kuat. Disisi lain kepramukaan justru menyediakan ruang kreativitas dan inovasi yang memadai. Kepramukaan sering melibatkan problem-solving dan proyek-proyek kreatif. Ini bisa dikombinasikan dengan teknologi AI untuk memecahkan masalah nyata, memberikan pemuda kesempatan untuk berinovasi.
“Pendidikan Kepramukaan luar biasa, kan?” Marilah kita dorong anak-anak untuk segera bergabung dengan Gerakan Pramuka. Dengan ikut menjadi Pramuka, kita dengan sadar telah berusaha menempa pribadi menjadi anak-anak yang cerdas, kuat keimanan dan ketakwaannya. Bersama kita siapkan generasi yang berkarakter dan unggul dalam mewujudkan Indonesia emas 2045. Dirgahayu Indonesiaku, Dirgahayu Gerakan Pramuka. Pramuka giat, sedia dan bakti. (*)
*) Penulis adalah Wakil Ketua Kwarcab Lumajang Bidang Organisasi dan Hukum, Dosen Pasca Sarjana ITB Widya Gama Lumajang