Pak Lek Imam menjawab satu per satu tanpa berputar-putar. Soal Jembatan Brawijaya, ia menegaskan bahwa tuntutan warga pada dasarnya meminta keterbukaan. Menurutnya, Pemerintah Kota Kediri harus memberikan informasi jelas mengenai anggaran, bentuk renovasi, serta jadwal pengerjaan. Transparansi, kata dia, mutlak diperlukan agar kebutuhan masyarakat berjalan seiring kebijakan pemerintah.
Dorong Pengembangan GOR, Ciptakan Titik Ekonomi Baru
Terkait fasilitas umum, politisi yang gemar memakai topi bundar ini menyebut kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan ruang publik di kawasan Mojoroto terus meningkat. Ia mengakui bahwa GOR Jayabaya di Kelurahan Bandar Kidul dan Banjarmlati belum dimanfaatkan secara optimal.
Fraksinya, lanjut Pak Lek Imam, kini mendorong agar GOR Jayabaya bisa dikembangkan menjadi pusat kegiatan warga mulai olahraga, kepemudaan, hingga kegiatan sosial. Lebih jauh, ia menilai pengembangan GOR selaras dengan RPJMD 2026–2030, yang menekankan pentingnya menciptakan titik ekonomi baru di wilayah-wilayah potensial. Ia menilai kawasan sekitar GOR Jayabaya berpeluang tumbuh menjadi pusat ekonomi baru yang mampu menghidupkan perputaran usaha lokal.
Pokmas dan UMKM Butuh Kejelasan, Koperasi Merah Putih Masih Dievaluasi
Menanggapi pertanyaan mengenai Pokmas, Pak Lek Imam menegaskan bahwa masih banyak masyarakat yang belum memperoleh informasi cukup mengenai arah program tersebut. Ia mendesak Pemkot membuka diri dan menjelaskan secara gamblang tujuan, mekanisme, dan sasaran Pokmas, mengingat program ini merupakan kerja bersama antara eksekutif dan legislatif.
Sementara itu, mengenai Koperasi Merah Putih, Pak Lek Imam menyebut program tersebut memang berasal dari konsep Koperasi Desa. Namun Pemkot masih mencari formula penempatan yang tepat, mengingat jumlah koperasi di kota sudah cukup banyak. Saat ini, menurut Pak Lek Imam, sekolah belum menjadi bagian dari skema tersebut karena perbedaan kebutuhan dan mekanisme lembaga pendidikan.
“Saat ini, sekolah belum masuk pilihan atau belum terlihat akan dimasukkan ke dalam program Koperasi Merah Putih,” ungkapnya.
Dalam keseluruhan kegiatan, sosok Pak Lek Imam tampak konsisten sebagai legislator yang komunikatif dan responsif. Ia tidak hanya datang untuk berbicara, tetapi juga hadir untuk mendengar sebuah karakter yang kini melekat pada dirinya di mata masyarakat Kota Kediri. Dialog malam itu pun ditutup dengan catatan penting: seluruh aspirasi warga tidak berhenti di forum, tetapi akan ia kawal hingga meja kebijakan.(*)





