Menelisik Independen Wasit dan Petugas VAR

Menelisik Independen Wasit dan Petugas VAR
HS. Makin Rahmat

Sebaliknya, jika pengesahan atau pembatalan putusan disertakan tayangan ulang video yang memutus mata rantai kejadian, atau terjadi penggalan video yang secara permainan tidak terjadi protes atau perdebatan di lapangan, malah menjadi dasar untuk memutus, hampir dipastikan terjadi protes.

Dari catatan penulis, beberapa pertandingan menimbulkan perdebatan dari VAR, saat Persis Solo mampu menahan Arema Malang di kandang dengan skor 1-1. Berikutnya, pertandingan Perib Vs Persija dan Madura United lawan Arema di Liga 1 2024-2025 juga menimbulkan perdebatan terutama terkait keputusan wasit yang dianggap tidak adil.

Di liga 2 juga banyak terjadi keputusan wasit akibat dari penayangan ulang VAR menimbulkan kontroversi. Termasuk saat Deltras Sidoarjo menjadi tuan rumah melawan Persela Lamongan di Stadion Gelora Delta. Gol Kedua Deltras yang dibatalkan dan pengesahan dari Gol kedua Persela, merupakan rangkaian dari pekerjaan rumah PSSI untuk meramu kembali SOP bagi petugas VAR tentang konsekwensi keputusan yang tetap bersandar pada rule of the game.

Faktanya, keputusan VAR masih menimbulkan perdebatan karena beberapa factor, seperti sudut pandang kamera yang terbatas, percepatan permainan yang membuat keputusan wasit sulit diambil tepat waktu atau timing yang pas.

Hingga saat ini belum ada pernyataan resmi dari federasi PSSI yang melakukan jemput bola guna memastikan adanya dugaan permainan dalam putusan wasit dan petugas VAR. Kewenangan dari Komite Disiplin (Komdis) selaku badan yang berwenang untuk melakukan penyelidikan, menyidangkan dan menjatuhkan sanksi masih terbentur dengan regulasi belum bisa memberikan hukuman kepada pengadil dan petugas VAR.

Begitu pula, Badan Sepakbola atau federasi seperti FIFA, AFC, PSSI menjatuhkan sanksi lebih berat dari putusan Komdis sebagai bahan kajian atau pendidikan bagi perangkat pertandingan, baik berupa sanksi lerangan bertugas seumur hidup, penurunan jabatan atau lisensi, denda dan pemecatan. Terlihat federasi masih mandul. Kalau pun ada review dari badan sepakbola atas keputusan wasit atau referee dan VAR dan memberikan sanksi, tetap menjadi keputusan final yang tidak bisa membatalkan hasil pertandingan.

Dari berbagai persoalan di atas, hemat penulis masalah utama yang perlu menjadi telaah dan kajian federasi adalah masih munculnya ketidakkonsistenan keputusan wasit.

Sehingga adanya beberapa putusan VAR yang berbeda dalam situasi serupa masih menimbulkan kegundahan, kebingungan dan kekecewaan.
Jujur, dari kekecewaan dan ketidakpuasan, bahwa proses pengambilan keputusan VAR tidak selalu jelas dan terbuka, menimbulkan kegaduhan dan memicu spekulasi adanya konspirasi buruk untuk mengabaikan fair play. Terkait, masalah teknis, infrastruktur dan kualitas kamera yang kurang standar, tentu berakibat hasil akurasi dari VAR diragukan.

Tentu, pekerjaan rumah federasi harus diselesaikan. Misalnya, dengan memperbarui peralatan dan teknologi VAR guna menjamin akurasi, sudut pandang, percepatan hasil tayangan yang tidak atau sulit dikelabui. Penulis tetap yakin, proses yang transparan, mulai dari munculnya insiden, proses, penayangan video, komunikasi wasit dan petugas VAR, kemudian menjadi pertimbangan dan argument yang valid untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat bola dan menjunjung marwa dan harkat federasi.

Sebagai penutup, selain ada refreshing dan pelatihan insentif serta berjenjang bagi wasit dan petugas VAR untuk mengasah kemampuan, intelegensi, konsistensi, dan kemahiran dalam menjalankan profesinya, tidak kalah penting adalah menugaskan perangkat pertandingan yang mempuyai dedikasi dan militansi menjaga federasi. Sudah saatnya, PSSI bangkit dari segala bentuk permainan dan mafia sepakbola. Semoga bermanfaat. Salam Sepakbola: Tradisi!. (*)