SURABAYA (Wartatransparansi.com) – Operasi pencarian korban reruntuhan bangunan Musala Ponpes Al Khoziny, di Desa Buduran, Sidoarjo pada Senin (29/9/2025) telah berakhir pada Selasa dinihari. Polisi belum memanggil pihak-pihak siapa yang bertanggung atas musibah yang menewaskan 67 korban meninggal.
Namun kini mulai muncul Keluarga korban yang meminta agar proses hukum tetap dijalankan seiring dengan upaya identifikasi korban yang masih berlangsung.
“Untuk keluarga pada saat ini sangat terpukul sekali. Kita sangat kehilangan sekali pada anak kami,” kata salah satu keluarga korban, Fauzi, warga asal Madura yang berdomisili di Depok, Jawa Barat saat ditemui di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya, Selasa malam.
Dikutip dari Antaranews, orang tua Toharul Maulidi (16) kelas 3 SMP yaitu Fauzi yang anaknyta menjadi korban selamat meminta agar Kepolisian menjalankan proses hukum berjalan. Namun, empat keponakannya atas nama Albi, Ubaidillah, Haikal Ridwan, dan Muzaki Yusuf meninggal dunia.
Ia mempertanyakan kondisi sebelum insiden ponpes Al Khoziny ambruk, yakni kenapa masih ada aktivitas pengecoran di lantai atas, sementara di bawah ada santri yang sedang salat.
“Pada saat itu ada aktivitas ngecor di atas, dan di bawah ada yang salat. Nah, itu kan SOP-nya dari mana? saya tekankan kalau memang ada pelanggaran hukum di situ, ada kelalaian manusia, dia harus diproses, siapapun itu. Tidak memandang itu status sosial siapa, hukum harus ditegakkan,” ujarnya.