“Selain sensor berat, nanti juga kita lengkapi dengan troli, sehingga saat bebannya berlebih, bisa ditarik agar tidak membebani tulang belakang,” urainya.
Ada juga yang membuat aplikasi smart precision farming berbasis internet of Things & Flutter, Sitanam, yang dibangun oleh Alvian Nur Firdaus. Aplikasi ini membantu para petani untuk melakukan pertanian presisi dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Cukup satu aplikasi, tapi banyak fungsi. Ini bisa mengetahui banyaknya air hingga menentukan jenis dan kebutuhan pupuk. Sehingga petani bisa memberikan treatment yang betul-betul sesuai dengan kebutuhan tanaman,” urai Alvian.
Ada pula peserta yang jeli melihat peluang usaha baru yakni budidaya kelapa varietas Genjah Entok, yang dikembangkan Afan Kodir.
Begitu pun yang dilakukan Arum, pembuat kue kering glutten free. Dia terinspirasi bagaimana membuat camilan tapi sehat dan memanfaatkan pangan lokal. Dia lalu bereksperimen membuat kue berbahan tepung singkong.
Inshaallah ini kue “sehat”. Pesanan banyak dari luar kota, bahkan luar pulau,” kata Arum dengan brand “Lumbung Cookies”.
Ipuk menambahkan melalui program ini diharapkan anak-anak muda Banyuwangi mampu scale-up usahanya.
Saya harap para Jagoan Banyuwangi saling berjejaring, menjalin network. Kami akan selalu mendukung dan memberi ruang kepada mereka khususnya untuk pemasaran produknya,” kata Ipuk. (*)