“Melalui acara ini, maka semangat Arek-arek Suroboyo terus berkobar, saling bergerak bersama untuk menjadikan Surabaya ini kota yang aman, nyaman, dan mensejahterakan warganya. Dengan cara apa? Caranya dengan bergotong royong,” harapnya.
Semangat gotong royong, kebersamaan, dan kekeluargaan itu, sambung Eri, sama seperti pesan Residen Soedirman yang kala itu diamanati oleh Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno untuk mengibarkan bendera Merah Putih.
“Filosofi mengibarkan bendera Merah Putih adalah mengibarkan kebersamaan, mengibarkan gotong royong, mengibarkan kekeluargaan, mengibarkan merdeka dari segalanya mulai kemiskinan dan kebodohan. Saya berharap, warga Surabaya semakin bersatu tidak hanya mengibarkan bendera secara fisik tapi juga didalam hati kita, agar apa? Agar Surabaya menjadi sejahtera,” tambahnya.
Setelah teatrikal perobekan bendera, seluruh tamu undangan hingga masyarakat yang hadir serempak menyanyikan lagu Indonesia Raya. Tak ketinggalan, dalam kesempatan ini, Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kota Surabaya, Rini Indriyani turut unjuk kebolehan membacakan puisi berjudul “GUGUR”.
Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga, serta Pariwisata (Disbudporapar) Kota Surabaya, Hidayat Syah menjelaskan, bahwa pertunjukan ini berdurasi sekitar 90 menit. Dalam acara tahunan ini Pemkot Surabaya melibatkan 1.000 pemain yang terdiri dari gabungan seniman dan pelajar.
Selain itu, Pemkot Surabaya turut mengundang jajaran DPRD Kota Surabaya, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kota Surabaya, Kepala Perangkat Daerah (PD) hingga berbagai elemen masyarakat.
Menurut Hidayat, skenario teatrikal ini tak hanya sekadar rekonstruksi sejarah, tetapi juga panggung edukasi publik yang menyentuh emosi dan memantik kesadaran generasi muda tentang harga mempertahankan kemerdekaan. (*)