Wali Kota Eri berharap, kisah dan semangat Sawunggaling yang direpresentasikan oleh patung ini dapat menular kepada seluruh warga Surabaya.
“Dengan patung itu, dimunculkan kembali semangat arek Surabaya, semangat Sawunggaling. Diharapkan kita diingatkan untuk melihat perjuangan Sawunggaling, bagaimana beliau babat alas atau membuka lahan Surabaya,” ujar dia.
Lebih dari sekadar mengenang sejarah, patung ini diharapkan menjadi pengingat untuk terus menjaga nilai-nilai persatuan, kekeluargaan, dan keamanan. Di masa lalu, Sawunggaling dikenal sebagai sosok yang berani melawan penjajah Belanda. Ayam jagonya pun menjadi simbol keberanian, keteguhan, dan kemenangan yang selalu menyertai perlawanannya.
“Semangat kita adalah kembali seperti dulu, seperti saat kita ‘babat alas’ Surabaya. Dijaga persatuannya, dijaga keamanannya, dijaga kekeluargaannya,” tegasnya.
Menurut Wali Kota Eri, patung Ayam Jago ini tidak hanya berfungsi sebagai simbol, tetapi juga menjadi ikon destinasi baru di kawasan Lidah Wetan, yang strategis karena lokasinya tak jauh dari makam Raden Sawunggaling. Keberadaannya seolah menjadi gerbang simbolis yang mengajak masyarakat untuk lebih mengenal dan menghargai sejarah kota. (*)