Soefanan berharap, gelaran kirab budaya Desa Kendalrejo selanjutnya bisa semakin meriah lagi. Sekaligus ia mengapresiasi seluruh pihak yang ikut aktif menyukseskan acara ini.
“Kepada seluruh tokoh masyarakat yang ikut menyukseskan agenda ini, saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Kita harap gelaran selanjutnya bisa lebih meriah lagi,” pungkasnya.
Dari pantauan di lapangan, salah satu aksi yang ditampilkan dalam acara ini adalah pertunjukan dari warga RT 1/RW 6, yang mengangkat kisah Lembu Suro. Ini merupakan legenda rakyat yang berasal dari daerah sekitar Gunung Kelud.
Cerita ini mengisahkan tentang seorang raja siluman berkepala lembu yang bernama Lembu Suro, yang melamar Dewi Kilisuci. Namun, karena wujudnya yang berbeda, Dewi Kilisuci memberikan syarat yang sulit dipenuhi, yaitu membuat dua sumur dengan aroma wangi dan amis di puncak Gunung Kelud dalam satu malam.
Lembu Suro berhasil memenuhi syarat tersebut, tetapi Dewi Kilisuci justru mengkhianatinya dengan menimbun kedua sumur tersebut hingga Lembu Suro tewas. Konon, amarah Lembu Suro menjadi penyebab meletusnya Gunung Kelud di masa depan.
Pemerintah Desa Kendalrejo berharap, tujuan utama Karnaval Budaya Desa adalah menjaga dan melestarikan warisan budaya desa. Melalui karnaval ini, masyarakat dapat berpartisipasi dalam melestarikan tradisi dan budaya yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Busana tradisional yang dikenakan oleh peserta karnaval merupakan salah satu wujud dari warisan budaya ini. (*)