Dengan saluran gendong itu nanti pintu air ditutup sehingga tidak sampai meluber ke kota Surabaya dan ke tambak – tambak. “Selama ini permasalahannya pintu air tidak boleh ditutup karena airnya dibutuhkan oleh tambak – tambak di Medokan Ayu dan di Wonorejo,” imbuhnya.
Jika hilirnya diperbaiki akan menyelesaikan masalah banjir di empat kecamatan yakni Trenggilis, Wonocolo, Gununganyar dan Rungkut.
“Tadi saya tanya, sudah dianggarkan Rp 38 M untuk rumah pompa plus pembebasan lahan yang sudah dalam proses komunikasi dengan petambak dan visibility study nya juga sudah selesai,” ujarnya.
Kemudian untuk Sukolilo, diperlukan saluran dengan anggaran yang cukup besar yakni senilai Rp 50 M di tahun 2025 yang sebelumnya sebesar Rp 1,3 T di th 2024 namun terrasionalisasi.
“Untuk bosem direkomendasikan untuk dibangun di area taman yang ada di bundaran Bale Hinggil. Di sekitaran itu ada taman yang direncanakan untuk dibangun bosem, ini sudah disepakati dan masih akan dikaji,” tandasnya.
Diakhir paparannya, Aning mengatakan bahwa penanganan banjir bukan hanya tugas aparat pemerintah saja melainkan juga harus ada dukungan dari warga masyarakat Kota Surabaya. Pasalnya, masih ada warga yang menutup saluran air saat membangun rumah.
“Rumah – rumah warga yang menutupi saluran air atau got itu banyak. Kondisi ini tidak perlu dibangun gorong – gorong, tidak perlu ditinggikan jalan, tapi perlu dinormalisasi saja. Jadi imbauan kepada masyarakat harus menormalisasi saluran yang ditutup oleh rumah – rumah warga itu.” pungkasnya. (*)