Oleh Dr. Muchamad Taufiq, S.H.,M.H
“Bhinneka Tunggal Ika Tan Hanna Dharma Mangrwa” artinya tidak ada pengabdian yang mendua terhadap negara dan bangsa. Sehingga kepentingan negara haruslah diletakkan lebih tinggi dari kepentingan golongan maupun individu guna terwujudnya masyarakat yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan. Diilhami sesanti Mpu Tantular tersebut, TNI telah hadir bersama rakyat selama 79 tahun. Tema HUT TNI kali ini “TNI Modern Bersama Rakyat Siap Mengawal Suksesi Kepemimpinan Nasional Untuk Indonesia Maju”. Sebuah tema yang memberikan semangat kepada kita semua untuk segera menempatkan kesadaran menyongsong kepemimpinan baru pasca pesta demokrasi Pemilu Presiden. TNI sebagai garda terdepan bangsa selalu setia mengawal demokrasi sehingga berjalan baik dan lancar.
TNI lahir dalam kancah perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda. Pasca Kemerdekaan Indonesia, Belanda masih berambisi untuk menjajah kembali melalui kekerasan senjata. Sehingga dibentuk angkatan bersenjata bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR). Angkatan bersenjata ini kemudian berkembang menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada 5 Oktober 1945. Selanjutnya, untuk memperbaiki susunan yang sesuai dengan dasar militer internasional, maka TKR diubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Kemudian, pada 3 Juni 1947 Presiden mengesahkan secara resmi angkatan bersenjata Indonesia bernama Tentara Nasional Indonesia (TNI). Nama angkatan bersenjata Indonesia itulah yang dikenal dan digunakan sampai saat ini. Tugas pokok TNI yaitu menegakkan kedaulatan negara serta mempertahankan keutuhan wilayah NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. TNI bertugas melindungi segenap bangsa dari ancaman yang mengganggu keutuhan bangsa dan negara.
Romantika Sejarah perjuangan bangsa Indonesia telah mencatat di tahun 1965, kesigapan dan kecermatan TNI yang telah menorehkan sebuah prestasi bersejarah yaitu penyelamatan Pancasila sebagai Dasar Negara. Hal ini berkaitan erat dengan peristiwa kelam pemberontakan Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (PKI) atau G30S PKI. Fenomena bersejarah inilah yang melahirkan Hari Kesaktian Pancasila sebagai peringatan penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Peristiwa bersejarah tersebut diperingati secara nasional setiap tanggal 1 Oktober. Peringatan Hari Kesaktian Pancasila ini menjadi momentum untuk mengingatkan akan pentingnya memegang nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bangsa.
Rangkaian peringatan Hari Kesaktian Pancasila dan HUT TNI haruslah dapat kita maknai secara utuh. Romantika Sejarah ini haruslah menjadi starting point bagi rakyat Indonesia dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara, saat ini dan di masa mendatang. Jargon yang menjadi tema HUT ke-79 TNI perlu kita sambut dengan suka cita dan didukung dengan sungguh-sungguh serta penuh tanggung jawab. Karena TNI sejatinya memandu ketahanan nasional (national resilience) yang merupakan salah satu konsepsi kenegaraan Indonesia. Ketahanan sebuah bangsa pada dasarnya dibutuhkan guna menjamin serta memperkuat kemampuan bangsa yang bersangkutan baik dalam rangka mempertahankan kesatuannya, menghadapi ancaman yang datang maupun mengupayakan sumber daya guna memenuhi kebutuhan hidup. Dengan demikian, ketahanan bangsa merupakan kemampuan suatu bangsa untuk mempertahankan persatuan dan kesatuannya, memperkuat daya dukung kehidupannya, menghadapi segala bentuk ancaman yang dihadapinya sehingga mampu melangsungkan kehidupannya dalam mencapai kesejahteraan bangsa tersebut. Perlu diketahui bahwa terdapat tiga pengertian ketahanan nasional yaitu: 1)ketahanan nasional sebagai konsepsi atau doktrin, 2)ketahanan nasional sebagai kondisi, dan 3)ketahanan nasional sebagai strategi, cara atau pendekatan (GPH S. Suryomataraman).
Kita harus yakin bahwa TNI akan mengawal dan memandu menuju Indonesia maju, mewujudkan Indonesia Emas 2045 laksana era kencana rusmini ketika Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Bersamam TNI kita songsong Indonesia penuh semangat persatuan dan kesatuan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sudah saatnya kita hidup dalam kedamaian, saling menghormati dan menghargai guna menguatkan akar persaudaraan sesama anak bangsa. Saatnya kita move on dari bayangan politik devide et impera selama masa penjajahan. Sudah waktunya kita menyadari bahwa ketika bangsa ini tercerai berai dengan alasan apapapun, justru saat itulah kita dalam posisi lemah untuk bangkit membangun dan memperbaiki kualitas hidup.
Bersama TNI kita kuatkan ketahanan diri untuk melakukan Gerakan Anti- Korupsi dan Anti-Narkoba yang mana problematika Korupsi dan Narkoba merupakan ancaman yang sesungguhnya bagi peradaban bangsa Indonesia. Korupsi akan selalu berkaitan dengan memperkaya diri sendiri dan orang lain dibanding berkontribusi membangun negara. Sementara ancaman narkoba sungguh nyata bagi generasi muda. Narkoba ibarat api dalam sekam. Gerakan kejahatannya menggurita dan mampu menjangkau semua lapisan sendi-sendi kehidupan dalam berbangsa dan bernegara. TNI bersama Polri dan BNN, wajib kita dukung terus dan kita berikan kepercayaan penuh untuk membersihkan jaringan narkoba yang dapat diperkirakan telah di level “Darurat Narkoba”. Bersama TNI, Polri, BNN dan rakyat, kita berkeyakinan mampu mengatasi hambatan dan tantangan guna terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kita menjadi ingat kalimat Nelson Mandela, “… Penjahat itu tidak pernah membangun Negara. Mereka hanya memperkaya diri sambil merusak negara.”
Dirgahayu TNI, “Tentara hanya mempunyai kewajiban satu, yaitu mempertahankan kedaulatan. Sudah cukup kalau tantara teguh memegang kewajiban ini, lagipula sebagai tantara, disiplin harus dipegang teguh.”, demikian dikatakan Panglima Besar Jenderal Sudirman. (*)
*) Penulis adalah Akademisi ITB Widya Gama Lumajang dan Narasumber Wawasan Kebangsaan serta Leaderships Manajemen Bersertifikat.