SURABAYA (Wartatransparansi.com) – Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar (DPD PG) Jawa Timur Muhammad Sarmuji mengungkapkan, mundurnya Airlangga Hartarto dari jabatan ketua umum Golkar murni pribadi. Bukan karena adanya tekanan dari pihak luar termasuk dari internal Golkar.
Keputusan yang mengejutkan itu karena Airlangga ingin membuka jalan bagi tampilnya pemimpin baru di Golkar. “Kalau mendengar yang disampaikan beliau, tidak ada desakan. Beliau membuka jalan bagi tampilnya pemimpin berikutnya,” ujar Sarmuji ketika dimintai keterangan, Senin b(12/8/24).
Airlangga Hartarto terpilih menjadi Ketua Umum Partai Golkar hasil Musyawarah Nasional (Munas) di Hotel Rizt Carlton. Jakarta pada tahun 2019. Harusnya masa jabatan Airlangga akan berakhir pada Desember 2024.
Sarmuji bahkan memuji sikap Airlangga yang menurutnya berjiwa besar dan lebih mengutamakan kepentingan partai dibandingkan dengan keinginan pribadi.
“Pak Airlangga berjiwa besar, memilih untuk mementingkan partai dibandingkan dengan keinginan pribadi,” tambah Anggota DPR RI terpilih ini.
Menurut Sarmuji banyak prestasi yang telah dicacatkan Airlangga bagi Partai Golkar selama dipimpinnya. Salah satunya keberhasilan Partai Golkar dalam Pemilu 2024 dimana kursi di DPR RI naik tajam dari 85 kursi pada Pileg 2019 menjadi 102 kursi pada Pileg 2024 (18%).
Di bawah kepemimpinan Airlangga, Golkar berhasil meraih peningkatan signifikan dalam perolehan kursi, yang menjadi bukti kesuksesannya sebagai pemimpin. “Sejarah akan mencatat prestasi beliau yang mengantarkan kenaikan kursi signifikan di Pemilu 2024,” tegas Sarmuji yang juga Wakil Ketua Komisi Vl DPR ini.
Keputusan ini, menurut Sarmuji, menjadi momentum penting bagi partai untuk melakukan regenerasi kepemimpinan dan melanjutkan tradisi sukses yang telah dibangun. Seperti diketahui, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menyatakan mundur dari Ketua Umum. Pernyataan ini disampaikan Airlangga dalam pernyataan lewat video, Minggu (11/8/2024).
Airlangga Hartarto mundur dari jabatan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga memutuskan mundur demi menjaga keutuhan Partai Golkar hingga memastikan stabilitas transisi Pemerintahan yang akan terjadi dalam waktu dekat. (*)