Bahkan sampai akhir September 2023 berdasar data E-PPGBM (Elektronik-Pencacatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) sudah pada posisi 2,26% atau sekitar 126 anak.
Sedangkan selang waktu 3 bulan November hingga akkhir Desember 2023, data prevelansi stunting Kota Mojokerto hanya tersisa beberapa anak yang bisa dihitung dengan jari. Dalam arti tuntas sebelum waktu yang ditargetkan.
Karena itu tak heran jika terdapat sedikitnya 135 jenis penghargaan baik tingkat nasional maupun provinsi, baik dari pemerintahan pusat, kementerian dan provinsi Jatim maupun swasta bertengger memenuhi ruang pajang perolehan prestasi milik Pemerinta Kota Mojokerto.
Diantara inovasi yang mampu menurunkan prevelansi stunting Kota Mojokerto secara drastis dan cepat juga didukung dengan pentingnya validitas data, koordinasi lintas sektor, audit kasus stunting dan pelaporan serta peran aktif kader motivator serta pembentukan Pokjanal Posyandu.
Selain inovasi Gayatri(Gerbang Layanan Informasi Terpadu dan Terintegritas), inovasi Canting Gula Mojo adalah pemberdayaan masyarakat dan kolaborasi lintas sektor untuk mewujudkan zero new stunting (nol kasus stunting baru) di Kota Mojokerto.
Sedangkan PR yang perlu diprioritaskan Pemkot Mojokerto tahun 2024 adalah fokus pada ibu hamil. Untuk Ibu hamil yang akan melahirkan di tahun 2024, jangan sampai melahirkan bayi yang stunting. (*)