Kelahiran Nabi Muhammad Shollallohu Alaihi Wassalam, 1.542 tahun silam dalam perhitungan penanggalan kalender Masehi atau Romawi, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabadikan pada Surat Al-Fil dengan kandungan tafsir ialah mempertanyakan tentang bagaimana Allah, Tuhan Yang Kuasa, memberi pelajaran terhadap As-habil-fīl (pasukan Gajah) Raja Abrahah dengan kecongkakan dan kesombongannya akan mengempur sekaligus menghancurkan Ka’bah, tetapi karena kuasa Allah, mereka dilempari burung ababil batu terbakar, sehingga binasa bagaikan daun-daun yang telah dimakan ulat.
Sebagaimana ayat-ayat pada Surat Al Fil, memberikan pelajaran berharga bahwa kesombongan hamba dengan kekuatan sehebat apapun, jika ingin “menentang”, apalagi melawan kekuasaan Sang Pencipta, akan hancur seperti daun dimakan ulat.
Ayat 1 : “A lam tara kaifa fa’ala rabbuka bi`aṣ-ḥabil-fīl”
(“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah?”)
Ayat 2 : “A lam yaj’al kaidahum fī taḍlīl”
(“Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia?”)
Ayat 3 : “Wa arsala ‘alaihim ṭairan abābīl”
(“dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong.”)
Ayat 4 : “Tarmihim bihijaratim min sijjil”
(“yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar”)
Ayat 5 : “Fa ja’alahum ka’asfim ma`kul”
(“lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).”)
Dikisahkan bahwa kelahiran Nabi SAW dalam keadaan yatim. Penuh keajaiban, bahkan membuat Istri Abu Lahab begitu sengit memusuhi Nabi dan dakwah beliau. Ia juga pernah menyebarkan duri di sepanjang jalan yang akan dilalui Rasulullah SAW.
Kebencian Abu Lahab dan istrinya bahkan termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Lahab yang berisi tentang kebinasaan dan kecelakaan untuk keduanya. Sebagaimana firman Allah SWT pada Surat Al Lahab.
Ayat 1 : “Tabbat Yadain abi lahabiw wa tabb” (“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia!”)
Ayat 2 : “Ma agna ‘an-hu maluhu wa ma kasab” (“Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan.”)
Ayat 3 : “Sayaṣla naran zata lahab”
(“Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka).”)
Ayat 4 : “Wamra`atuh, hammalatal-hatab.” (“Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah).”)
Ayat 5 : “Fi Jidiha hablum mim masad”. (“Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal”.)
Ayat tersebut telah menegaskan bahwa Abu Lahab bersama istrinya akan masuk ke dalam neraka. Akan tetapi, terdapat hadits yang menyebutkan tentang Abu Lahab yang diringankan siksanya.
Hadits tentang Abu Lahab yang Diringankan Siksanya
Mengutip dari buku Jalan Damai Rasulullah: Risalah Rahmat bagi Semua karya Fuad Abdurahman, Imam al-Bukhari dalam kitab shahih as-Sunan al-Kubra menuturkan bahwa setelah setahun kematian Abu Lahab, paman Nabi yang lain, Al-Abbas, bermimpi melihatnya memakai pakaian putih dan dia bertanya tentang keadaannya.
“Bagaimana keadaanmu (Abu Lahab)?” tanya Al-Abbas.
Kemudian dalam mimpi itu Abu Lahab menjawab, “Saya seperti yang engkau lihat. Tersiksa. Tapi setiap hari Senin Allah meringankan siksa-Nya kepadaku karena aku bergembira dengan kelahiran Nabi Muhammad.” (HR Bukhari).
Menambahkan dari laman NU Online, Urwah bin Zubair juga pernah menceritakan tentang diringankannya siksa Abu Lahab karena ia pernah memerdekakan budak ketika Nabi Muhammad SAW dilahirkan.
“Urwah berkata, (Tsuwaibah adalah bekas budak Abu Lahab). Saat itu, Abu Lahab membebaskannya, lalu Tsuwaibah pun menyusui Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan ketika Abu Lahab meninggal, ia pun diperlihatkan kepada sebagian keluarganya di alam mimpi dengan keadaan yang memprihatinkan. Sang kerabat berkata kepadanya, ‘Apa yang telah kamu dapatkan?’ Abu Lahab menjawab, ‘Setelah kalian, aku belum pernah mendapati suatu nikmat pun, kecuali aku diberi minum lantaran telah memerdekakan Tsuwaibah.’” Wallahu’alam bishawab.
Meskipun Abu Lahab sangat membenci Nabi Muhammad SAW, ketika diangkat sebagai rasul, tetapi ia pernah merasa sangat bergembira atas kelahiran keponakannya tersebut.
Al-Hafizh Syamsuddin Muhammad bin Nashiruddin al-Dimasyq dalam sumber sebelumnya lantas membuat syair mengenai Abu Lahab yang dibebaskan dari neraka setiap hari Senin, yaitu dinyatakan sebagai berikut:
“Jika saja orang kafir ini (Abu Lahab) yang telah ditetapkan kedua tangannya dalam neraka selamanya, dia selalu diringankan siksanya setiap hari Senin karena gembira atas kelahiran Ahmad, kemenakannya. Maka, bagaimana dengan orang yang sepanjang usianya bergembira dengan kelahiran beliau dan bertauhid ketika matinya?”
Demikian penjelasan hadits tentang Abu Lahab yang diringankan siksanya setiap hari Senin. Dari riwayat tersebut, umat muslim dapat memetik hikmah bahwa kehadiran Rasulullah SAW merupakan karunia dan rahmat Allah SWT kepada hamba-Nya. Orang-orang yang beriman hendaknya senantiasa bergembira menerima rahmat tersebut dan mensyukurinya
Rasulullah Saw menjalani kehidupan selain sebagai anak yatim piatu, juga sebagai pribadi yang buta huruf. Ahli tafsir mengatakan bahwa pada jaman tersebut buta huruf menandakan orang itu kuat secara ingatan.
Baginda Rasulullah SAW langsung mampu mengingat wahyu pertama yang turun di Gua Hira. Ayat Al – Quran yang pertama diterima adalah QS. Al – Alaq ayat 1-5.
Allah SWT mewafatkan ayahandanya sebelum beliau lahir. Sang ibunda pun diwafatkan saat Rasulullah masih berusia belia yakni pada umur sepuluh tahun. Sebagian orang memaknai peristiwa ini sebagai cara Allah membentuk Nabi Muhammad sebagai pribadi yang otentik dan mandiri, tidak terbentuk oleh didikan orang tuanya.