Menyaksikan perhelatan babak final cabang olahraga sepakbola di Stadion Gelora Delta Sidoarjo (SGDS), seperti mengenang masa keemasan, 23 tahun silam, ketika pergelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) XV Tahun 2000, kali pertama berlangsung di luar ibu kota negara Daerah Khusus Istimewa Jakarta, sejak penyelengraan sepanjang Orde Baru hingga berakhirnya kekuasaan itu, berganti baju menjadi Orde Reformasi.
Perhelatan cabor sepakbola Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) VII 2023, tentu saja bukan gegap gempita seperti acara pembukaan dengan pawai dan defile. Tetapi semangat dan martabat penonton memenuhi stadion dengan kreatifitas juga keikhlasan memberikan dukungan kepada tim tuan rumah Sidoarjo. Terasa sekali bahwa puncak Porprov sejatinya, Jumat (15 September 2023), ketika diawali babak final putri, bertanding antara Kab Sidoarjo melawan Kota Malang.
Drama pertandingan dengan pemain wanita rata-rata berusia 22 tahun dan sebagian besar masih belasan tahun, sungguh sangat menggembirakan. Bahwa Jawa Timur memang pantas disebut sebagai Provinsi sepakbola.
Apakah karena hasil pertandingan 3-2 (1-1) untuk kemenangan tuan rumah Sidoarjo? Tentu saja itu bagian dari akhir cerita gegap gempita dan SGDS “terhipnotis” seperti pembukaan dan penutupan PON XV-2000 dengan lebel Kontingen PON Jawa Timur, juara umum dan cabor sepakbola melengkapi dengan mempersembahkan medali emas.
Tetapi lebih dari itu, bahwa permainan individu skill kedua tim, patut mendapat acungan jempol. Sebab dari kacamata memahami dan mengerti bermain sepakbola sudah terasa. Tinggal menambah jam terbang melalui kawacandradimuka kompetisi atau event sejenis kompetisi, maka Jawa Timur, insyaAllah akan memberikan sumbangsih kepada Tim Nasionnal luar biasa.
Tetapi sayang seribu sayang, “karena kebijakan politik anggaran” kurang mengedepankan olahraga berbasis kerakyatan dan menjadi kecintaan rakyat sejagad. Juga hampir seluruh nusantara dengan dibuktikan hasil survei lebih dari 70 persen masyarakat Indonesia senang sepakbola. Bau kurang sedap (baca; bau anyir) bahwa Kontingen PON Jatim untuk Pra PON cabor sepakbola, terancam tidak berangkat atau absen karena keterbatasan dana “akibat sentimen berbau politik kekuasaan”.