Lapsus  

Kesulitan Awasi Lalin Ternak Jalur Tol, Disnak Jatim Jalin Kerjasama dengan Polisi dan Dishub

Kesulitan Awasi Lalin Ternak Jalur Tol, Disnak Jatim Jalin Kerjasama dengan Polisi dan Dishub
Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timu Ir Indyah Aryani MM

Jumlah sapi anggota Koperasi SAE sebelum PMK sebanyak 25.000 ternak, saat ini tersisa 20.665, yang produktif 9000 dengan produksi 10 liter susu. Itu total populasinya mulai induk, pedet, dara dan pejantan.

Di Kecamatan Pujon terdapat 10 desa, Koperasi SAE hanya menangani satu desa saja,” kata Sekretaris Koperasi SAE Nur Kayin

Di Koperasi SAE ini 100 persen menggunakan Insiminasi Buatan (IB) agar lebih cepat populasinya dan memperbaiki keturunannya. Kalau kawin alami, hasilnya sangat tidak menentu.

Koperasi SAE pernah mendapat bantuan dari Pemerinatah Batu berupa pakan ternak 20 kg /hari selama 15 hari atau 300 ton konsentrat. Itu 10 bulan lalu. Lalu ada obat obatan dan vaksin gratis. Kami menggandeng Perhutani dengan system ijon.

Para petani ternak itu dalam dua minggu sekali mendapat bayaran dari hasil penjualan susu ke Koperasi SAE .Koperasi brusaha memotivasi kepada petani Ternak ini untuk hidup secara mandiri, menghitung keuntungan setiap harinya

Sementara itu Muhammad Munir, ketua kelompok tani Margomulyo, Dusun Brau Desa Gunungsari Kec. Batu Kota Batu, mengaku, desa Brau tiba tiba saja menjadi terkenal berkat budidaya Sapi perah. Saat ini terdapat 1200 ternak. Sementara jumlah penduduknya hanya 500 jiwa.

Produksi susu dalam sehari 5000 liter. Sementara kebutuhan pasar 10.000 dalam sehari. Jadi sangat kurang. Pemasaran susu masih lokal, Jawa dan Bali. Di Bali itu ada WNA asal Australia menunggu kiriman, kita  belum bisa melayani karena untuk kebutuhan local saja belum mencukupi.

Ia menceritakan, bahwa desa Brau ini dulunya sangat miskin dan masuk desa tertinggal di Kota Batu. “Kami datang dengan semangat ingin merubah tingkat kesejaheraan masyarakat.  Saat ini warga setiap hari sudah penghasasilan. Bahkan susu ini sektor pendapatan utama.

Dalam perkembangannya, susu Sapi ini telah diolah menjadi berbagai produk olahan unggulan seperti permen. Moto kita “Susumu Semangatku”.

Awalnya para preman (buruh tani) di desa Brau ini tidak memiliki penghasilan yang pasti karena sumber pendapatan mereka tergantung dari orang yang membutuhkan tenaganya. Seiring dengan perkembangan Kota Batu, akhirnya warga punya angan angan, punya keinginan untuk bagaimana bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari hari. Akhirnya seperti yang kita lihat, warga beternak sapi perah yang menghasilkan susu ini.

Dengan beternak Sapi perah otomatis ada pendapatan pasti disetiap hari, terutama dari susunya. Selain itu ada pendapatan tambahan yakni dari pedetnya (anakan Sapi). Dan yang ketiga ada sumber pendapatan lain yakni kemanfaatan limbahnya dari kotoran sapi untuk bio gas yang ahirnya mengurangi ketergantungan pembelian gas. Ini manfaatnya dari ternak sapi perahan ini.

Dulunnya, desa Brau ini masuk wilayah desa tertinggal, karena letaknya di pegunungan dan wilayah paling barat di Kota Batu. “Kami terus berusaha agar Desa Brau ini sejajar dengan wilayah yang lain.

Peternak sapi perah Desa Brau ini juga mengalamani masa sulit seperti Pandemi Covid-19 lalu dimana banyak Sapi terkena wabah penyakit mulut dan kuku. Akibatnya produksi susu berkurang, populasi sapi juga berkurang, banyak sapi yang dijual, lalu ada sapi yang mati akibat PMK. Normalnya, sebelumnya PMK datang produksi susu mencapai 7000 liter, saat ini hanya 5000 liter. Kondisi sekarang sudah mulai ada peningkatan. Populasi ternak 1500 sapi, saat ini hanya ada 1200 sapi.

Pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu berupaya melakukan intervensi dengan melakukan sosialisasi penanganan PMK dengan melakukan pertemuan dengan kelompok tani susu di sini, kemudian memberi vitamin, obat obatan. Lalu memberikan vaksin pertama, kedua dan vaksin booster. Saat ini di Desa Brau ini sudah nol virus. Sapi sudah sehat semua serta gejala PMK sudah tidak ada lagi.

“Alhamdulillah PMK sudah tidak ada lagi. Sejak lahir ceprot menemukan penyakit mengerikan bagi sapi ya baru kali ini. Maka ini perlunya kolaborasi dengan pemerintah. Sementara sektor usaha terus melakukan upaya untuk promosi melalui berbagai media. Dinas Peternakan Kota Batu banyak membantu dalam soal pemasarannya.

Heru Yulianto, Kadis Ketahanan Pangan dan  Pertanian kota Batu mengatakan, populasi sapi perah dan potong sangat bagus. Bahkan dalam soal vaksinasi peternakan menjadi yang terbaik. Malahan kita mendapat penghargaan dari pemerintah Pusat.

Meski sektor peternakan di Batu cukup bagus dan menjadi andalan Pemerintah Jatim, Kota Batu hanya memiliki 5 dokter hewan. Lalu pertanyaanya mengapa kita mendapat penghargaan, itu karena upaya Dinas dengan menggandeng stakeholder seperti Koperasi, TNI/Polri dan Dinas terkait lainnya.

Kesulitan Awasi Lalin Ternak Jalur Tol, Disnak Jatim Jalin Kerjasama dengan Polisi dan Dishub
Asisten l Setdaprov Akhamd Jazuli, diterima Sekda Kota Batu Zadim Efisiansi di ruang pertemuan balai Kota Batu, pada Senin (28/8/2023).

 

Sebelumnya, peserta LKTW Pemprov Jawa Timur, dengan didampingi Asisten l Setdaprov Akhamd Jazuli, diterima Sekda Kota Batu Zadim Efisiansi di ruang pertemuan balai Kota Batu, pada Senin (28/8/2023).

Kota Batu dengan luas 200 km persegi, dari 24 desa di Batu, 22 diantaranya merupakan petani pertanian organic. Jumlah penduduknya 217.000 jiwa. Ada sekitar 250 kelompok tani. Terdiri 55 persen lahan hutan, 22 persen lahan hutan dan 20 persen dikelola membuat mereka memiliki modal yang bisa diandalkan.

“Karena lahan pertanian hanya 22 persen sehingga muncul peternak khususnya sapi perah hamper 10 ribu ekor, sapi potong 3 ribu ekor. Seperti dusun Brau, lebih banyak sapinya ketimbang warganya,” tandas Sekda Kota Batu Zadim.

Saat ini Kota Batu sedang berjuang mendatangkan wisatawan dan terus berusaha keras seperti Bali. Hingga akhir Juli tercatat 8 juta wisatawan local dan mancanegara dengan 60 obyek wisata di Batu. (min)