Gubernur Jawa Timur Hj. Khofifah Indar Parawansa pada Senin, tanggal 24 Juli 2023 menerima pengahargaan sebagai Best Local Government Support for Cattle Practitioners dari Ikatan Dokter Hewan Sapi Indonesia (IDHSI).
Penghargaan tersebut diberikan berkat kontribusinya dalam peternakan sapi di Indonesia, utamanya terkait penanganan wabah Penyakit Mulut dan Kaku (PMK) pada sapi. Gubernur Khofifah berkontribusi 52 persen atau 6,1 juta dosis vaksin telah diberikan dari total vaksinasi PMK di Indonesia.
Penghargaan tersebut sekaligus pertanda bahwa provinsi Jawa Timur menjadi lumbung ternak, memicu semangat bagi peternak baik Sapi perah maupun Sapi potong, kambing, domba dan lainya.
Jika dulunya PMK merupakan wabah, kini kondisinya sudah menurun dan kini dianggap statusnya hanya menular. Kunci keberhasilan itu karena komitmen bersama mulai dari pimpinan terutama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, komitmen kepala daerah kabupaten/kota, dari Dinas teknis yang menangani baik di pusat, provinsi, kab/kota dan stakeholder yang lain.
“Kita juga tidak melupakan komitmen seperti pihak akademisi, Persatuan Dokter Hewan Indonesia, Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia, juga TNI dan Polri atas suportnya. Ini keberhasilan kita semua,” papar Ir Indyah Aryani MM, Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur kepada wartawan peserta LKTW (Lomba Karya Tulis Pokja Pemprtov Jawa Timur di Batu, Selasa (29/8/2023).

Kita memahami kesulitan saat itu karena kondisi ternak ternak pada sakit, kritis. Sehingga kita merapatkan barisan untuk membantu dan mengedukasi peternak
Vaksin memang satu-satunya cara untuk mengendalikan penyakit, selain juga untuk menghambat dan pencegahan. Paling tidak minimal 90 persen populasi ternak harus sudah divaksin seperti sapi, kambing, kerbau, domba yang saat ini mencapai 10,4 juta ternak.
Target vaksinasi di Jawa Timur 100 persen. Vaksin pun sudah tersedia. Tinggal bagaimana kita memanage waktu untuk menyelesaikan vaksin 10, 4 juta itu.
Hingga Agustus ini, vaksinasi ternak yang sudah dilakukan mencapai hampir 6,8 juta dari target 7,3 juta untuk tahun 2023. Rinciannya, vaksinasi perhari mencapai 17.600. Guna mengejar komitmen bersama untuk target 7,3 juta. Jumlah ini pun, Jawa Timur sudah menjadi vaksinasi terbanyak di Indonesia.
Hanya saja, faktor kelemahan yang masih harus diatasi dalam mengantisipasi adanya penularan PMK pada ternak di Jawa Timur yakni pengawasan lalulintas ternak Jawa Timur, baik yang keluar maupun masuk.
“Yang perlu diwaspadai adalah lalulintas ternak di Jawa Timur melalui jalur tol. Selama ini kami mengalami kesulitas. Padahal Jawa Timur sebagai salah satu provinsi produsen ternak terbanyak tentu ada pergerakan baik yang masuk dan ada yang keluar karena proses jual beli. Otomatis kita harus waspada pada penularan akibat lalulintas ternak ini,” katanya.
Sehingga dibutuhkan protap-protap. Jawa Timur ada 10 cek poin lalulintas ternak yang ada perbatasan Jatim. Seperti di Ambulu (Banyuwangi), Badekan (Ponorogo), Mantingen (Ngawi). Kesulitannya, sekarang sudah banyak tol. Sehingga petugas kesulitan mencegatnya. Petugas kita takut untuk monitor di tol karena bisa terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Soal kesulitan pengawasan keluar masuk ternak lewat jalur tol ini juga diakui oleh Ir. Indyah, Kadis Peternakan Provinsi Jawa Timur. Untuk itu pihaknya sudah bekerjasama dengan teman-teman Polri. Kita juga akan berkoordinasi dengan teman-teman perhubungan untuk bagaimana melakukan pengawasan lalu lintas ternak di jalan tol. Ini masih dalam proses bagaimana merealisasikannya
“Ibu Gubernur Khofifah juga telah mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 36 Tahun 2022 tentang Pedoman Penanganan Wabah Penyakit Mulut dan Kuku pada Ternak. Ini menjadi pijakan kita dalam penanganan PMK.
Diketahui Provinsi Jawa Timur sebagai pemasok kebutuhan hewan hingga Kalimantan. Untuk sapi potong populasi mencapai 4,9 ton dan daerah paling produktif di Sumenep dan sekitarnya. Sehingga pasokan ke Kalimantan memang mayoritas dari Madura melalui Sumenep dan Bangkalan. Hanya saja, untuk sapi perah masih sangat sedikit. Populasinya sekitar 305 ribuan.
“Dari ke tahun ada penurunan. Ini menjadi PR kita dalam upaya meningkatkan produktifitas dan peningkatan populasi sapi perah kita,” ungkapnya.
Berbagai upaya coba dilakukan oleh Dinas Peternakan. Misalnya dengan mensuport konsentrat kepada peternak. Saat ini konsentrat yang sudah didistribusikan menjadi 25 ton. Selain itu, ke depannya ada upaya emplacement.
Melalui teknologi bagaimana sapi bisa cepat bunting dan buntingnya pun bisa melahirkan sapi betina. Yang berikutnya bisa melakukan dengan pembentukan seperti bayi tabung kalau untuk manusia. Juga ada program penambahan betina produktif yang fres lewat impor.
Imam Asnawi, peternak anggota Koperasi SAE Pujon Kabupaten Malang mengatakan,banyak upaya yang dilakukan untuk pengembangbiayakan Sapi perah, salah satunya dengan IB (Insiminasi Buatan).
Sebelum wabah PMK melanda peternak di Pujon sapi sapi kita sangat baik, namun setelah terkena PMK penghasilan petani tenah Sapi perah menurun. Sebelum PMK, IB 1 dan IB 2 sudah berhasil , namun setelah terkena PMK, kawin suntik sampai 5 hingga 6 kali baru berhasil.
Tidak itu saja, akibat PMK petani ternak mengalami kesulitan dimana kekebalan tubuh Sapi menurun, produksi susu menurun akibatnya untuk beli konsentratnya (pakan ternak) saja tidak cukup. Tapi sekarang sudah mulai membaik. Saya punya enam ekor sapi, hasil produksi susunya cukup untuk keluarga,” ungkap Pak Imam Asnawi.
Ia pun berharap kepada Pemerintah bisa membantu bibit impor untuk mengganti sapi yang ada ini. Sebab Sapi sapi di sini setelah terkena PMK kan tidak bisa maksimal meskipun sudah mulai pulih lagi.
Jumlah sapi anggota Koperasi SAE sebelum PMK sebanyak 25.000 ternak, saat ini tersisa 20.665, yang produktif 9000 dengan produksi 10 liter susu. Itu total populasinya mulai induk, pedet, dara dan pejantan.
Di Kecamatan Pujon terdapat 10 desa, Koperasi SAE hanya menangani satu desa saja,” kata Sekretaris Koperasi SAE Nur Kayin
Di Koperasi SAE ini 100 persen menggunakan Insiminasi Buatan (IB) agar lebih cepat populasinya dan memperbaiki keturunannya. Kalau kawin alami, hasilnya sangat tidak menentu.
Koperasi SAE pernah mendapat bantuan dari Pemerinatah Batu berupa pakan ternak 20 kg /hari selama 15 hari atau 300 ton konsentrat. Itu 10 bulan lalu. Lalu ada obat obatan dan vaksin gratis. Kami menggandeng Perhutani dengan system ijon.
Para petani ternak itu dalam dua minggu sekali mendapat bayaran dari hasil penjualan susu ke Koperasi SAE .Koperasi brusaha memotivasi kepada petani Ternak ini untuk hidup secara mandiri, menghitung keuntungan setiap harinya
Sementara itu Muhammad Munir, ketua kelompok tani Margomulyo, Dusun Brau Desa Gunungsari Kec. Batu Kota Batu, mengaku, desa Brau tiba tiba saja menjadi terkenal berkat budidaya Sapi perah. Saat ini terdapat 1200 ternak. Sementara jumlah penduduknya hanya 500 jiwa.
Produksi susu dalam sehari 5000 liter. Sementara kebutuhan pasar 10.000 dalam sehari. Jadi sangat kurang. Pemasaran susu masih lokal, Jawa dan Bali. Di Bali itu ada WNA asal Australia menunggu kiriman, kita belum bisa melayani karena untuk kebutuhan local saja belum mencukupi.
Ia menceritakan, bahwa desa Brau ini dulunya sangat miskin dan masuk desa tertinggal di Kota Batu. “Kami datang dengan semangat ingin merubah tingkat kesejaheraan masyarakat. Saat ini warga setiap hari sudah penghasasilan. Bahkan susu ini sektor pendapatan utama.
Dalam perkembangannya, susu Sapi ini telah diolah menjadi berbagai produk olahan unggulan seperti permen. Moto kita “Susumu Semangatku”.
Awalnya para preman (buruh tani) di desa Brau ini tidak memiliki penghasilan yang pasti karena sumber pendapatan mereka tergantung dari orang yang membutuhkan tenaganya. Seiring dengan perkembangan Kota Batu, akhirnya warga punya angan angan, punya keinginan untuk bagaimana bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari hari. Akhirnya seperti yang kita lihat, warga beternak sapi perah yang menghasilkan susu ini.
Dengan beternak Sapi perah otomatis ada pendapatan pasti disetiap hari, terutama dari susunya. Selain itu ada pendapatan tambahan yakni dari pedetnya (anakan Sapi). Dan yang ketiga ada sumber pendapatan lain yakni kemanfaatan limbahnya dari kotoran sapi untuk bio gas yang ahirnya mengurangi ketergantungan pembelian gas. Ini manfaatnya dari ternak sapi perahan ini.
Dulunnya, desa Brau ini masuk wilayah desa tertinggal, karena letaknya di pegunungan dan wilayah paling barat di Kota Batu. “Kami terus berusaha agar Desa Brau ini sejajar dengan wilayah yang lain.
Peternak sapi perah Desa Brau ini juga mengalamani masa sulit seperti Pandemi Covid-19 lalu dimana banyak Sapi terkena wabah penyakit mulut dan kuku. Akibatnya produksi susu berkurang, populasi sapi juga berkurang, banyak sapi yang dijual, lalu ada sapi yang mati akibat PMK. Normalnya, sebelumnya PMK datang produksi susu mencapai 7000 liter, saat ini hanya 5000 liter. Kondisi sekarang sudah mulai ada peningkatan. Populasi ternak 1500 sapi, saat ini hanya ada 1200 sapi.
Pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu berupaya melakukan intervensi dengan melakukan sosialisasi penanganan PMK dengan melakukan pertemuan dengan kelompok tani susu di sini, kemudian memberi vitamin, obat obatan. Lalu memberikan vaksin pertama, kedua dan vaksin booster. Saat ini di Desa Brau ini sudah nol virus. Sapi sudah sehat semua serta gejala PMK sudah tidak ada lagi.
“Alhamdulillah PMK sudah tidak ada lagi. Sejak lahir ceprot menemukan penyakit mengerikan bagi sapi ya baru kali ini. Maka ini perlunya kolaborasi dengan pemerintah. Sementara sektor usaha terus melakukan upaya untuk promosi melalui berbagai media. Dinas Peternakan Kota Batu banyak membantu dalam soal pemasarannya.
Heru Yulianto, Kadis Ketahanan Pangan dan Pertanian kota Batu mengatakan, populasi sapi perah dan potong sangat bagus. Bahkan dalam soal vaksinasi peternakan menjadi yang terbaik. Malahan kita mendapat penghargaan dari pemerintah Pusat.
Meski sektor peternakan di Batu cukup bagus dan menjadi andalan Pemerintah Jatim, Kota Batu hanya memiliki 5 dokter hewan. Lalu pertanyaanya mengapa kita mendapat penghargaan, itu karena upaya Dinas dengan menggandeng stakeholder seperti Koperasi, TNI/Polri dan Dinas terkait lainnya.

Sebelumnya, peserta LKTW Pemprov Jawa Timur, dengan didampingi Asisten l Setdaprov Akhamd Jazuli, diterima Sekda Kota Batu Zadim Efisiansi di ruang pertemuan balai Kota Batu, pada Senin (28/8/2023).
Kota Batu dengan luas 200 km persegi, dari 24 desa di Batu, 22 diantaranya merupakan petani pertanian organic. Jumlah penduduknya 217.000 jiwa. Ada sekitar 250 kelompok tani. Terdiri 55 persen lahan hutan, 22 persen lahan hutan dan 20 persen dikelola membuat mereka memiliki modal yang bisa diandalkan.
“Karena lahan pertanian hanya 22 persen sehingga muncul peternak khususnya sapi perah hamper 10 ribu ekor, sapi potong 3 ribu ekor. Seperti dusun Brau, lebih banyak sapinya ketimbang warganya,” tandas Sekda Kota Batu Zadim.
Saat ini Kota Batu sedang berjuang mendatangkan wisatawan dan terus berusaha keras seperti Bali. Hingga akhir Juli tercatat 8 juta wisatawan local dan mancanegara dengan 60 obyek wisata di Batu. (min)