Opini  

Joko Pekik Di antara Ketakutan dan Kekejamn Politik

Joko Pekik Di antara Ketakutan dan Kekejamn Politik
Wina Armada Sukardi

Menurut cerita “orang saya“ sebenarnya dia disambut hangat Joko Pekik. Namun begitu diperlikatkan lukisan yang haru diperiksa oleh Joko Pekik, lukisan tersebut dicoret silang bagian belakangnya, dan sesuah itu, dengan emosional lukisanya langsung disobek-sobek.

“Palsu. Elek,” tandas Joko Pekik kepada “orang saya, “ sebagainana diceritakan oleh “orang saya “kepada saya.
Lalu Joko Pekik membuka beberapa tahasiab “tip ciri khas” lukisan Joko Pekik yang asli.

Di luar dugaan, setelah itu, “orang saya,” malah dibuatkan sebuah lukisan sketasa dan diberikan kepada “orang saya. “
Pulangnya “orang saya” lapor ke saya dengan wajah berseri-seri. Dia dapat lukisan karya Joko Pekik langsung dibuat dari tangan sang maestro.

Poliki dan Seni Rupa
Setelah keluar dari kamp penyiksaan, Joko Pekik rupanya masih terus berkarya. Pengalaman batinya membuat karya-karya Joko Pekik mendapat perhatiaan dan harga khusus. Lukisan-lukisan baru yang lahir dari tangannya menjadi benda-benda peradaban yang berharga.

Figur Joko Pekik juga dapat menjadi bahan renungan dan pelajaran kita terkait hubungan antara seni rupandengan kekuasaan, dan arti yang sesungguhnya. Pada kasus ini bagaimana Joko Pekik sebagai seorang pelukis dapat dituding sebagai salah satu orang yang terlibat dalam gerakan G 30 PKI, lebih khusus lagi dalam drama pembunuhan para jenderal.
Waktu itu, penguasa sedemikian paranoid hanya kepada pelukis semacam Joko Pekik.

Ini menunjukan karya-karya pelukis dan pemikiran para seniman, termasuk para pelukis, sampai sedemikian ditakuti oleh rezim penguasa. Dalam terjemahannya, dunia seni rupa juga memberik efek kepada dunia politik. Jika pemegang kekuasaan sedang mabuk ketakutan dan kerasukan kekuasaan, maka seorang pelukis pun dapat dijadikan korban kekejaman dari kekuasaan itu.

Joko Pekik salah satu contohnya. Sebagai pelukis, sebenarnya apa sih yang perlu ditakutkan dari seniman seperti Joko Pekik ? Apa karya-karya seorang pelukis dapat benar-benar dapat menjadi media pengasut masayang yanh efektif ? Apa pemikiran-pemikiran di bidang seni rupa dapat menjadi propaganda politik yang ditakuti, sehingga pelukisnya harus dibenam dalam penderitaan tanpa bukti apapun-appun. Itu menjadi bahas diskusi yang menarik, sampai sekarang.

Joko Pekik telah meninggalkan kita selamanya. Tapi jejak sejarahnya dalam lintas dunia seni rupa, justeru menjadi semakin jelas. (*)

Tegal Besar, Klungkung, Bali, 13 Agustus 2023.